TENTANG BATU DAN AIR
tentang batu dan air |
Tentang Batu dan Air : Sebuah pesan masuk ke inbox akun instagram saya. Saya yang memang tengah bersantai pun membuka instagram. Rupanya isinya adalah mention dari seorang teman. Ia mencapture instasory saya, mengunggahnya di instastory-nya dan me-mention saya. Ada emoticon mata bersimbol love disana. Saya pun membalas dengan emo yang sama.
Tentang Batu dan Air. Ya, instasory saya menyinggung tentang batu dan air. Gambarnya pun gabungan batu dan air. Foto hasil jepretan saya saat main ke Tangkahan beberapa waktu lalu.
Adakalanya kita perlu sekeras batu mempertahankan apa yang kita inginkan. Namun kadang kita juga perlu seperti air, membiarkan semuanya mengalir sebagaimana adanya.
Yang penting kita tau, kapan harus sekeras batu, kapan harus semengalir air.
Itu kalimat yang saya tulis di instastory saya. Kalimat yang muncul begitu saja di kepala kala melihat foto batu dan air itu.
Pertanyaannya kenapa kalimat itu yang muncul?! Saya tidak tau pasti. Tapi mungkin juga karena memang saat ini saya sedang merasakan hal demikian. Saya sedang seperti air yang memilih terus bergerak. Meninggalkan yang memilih diam ditempat. Saya memilih terus bergerak, mengikuti kehendak alam. Perpaduan antara berserah, atau malah pasrah *emang bedanya apa?*.
Saya memilih mengalir saja. Mengikuti arus. Tidak berniat mempertahankan sesuatu bahkan ketika beberapa jam yang lalu ada yang memohon untuk dipertahankan. Memohon diberi lagi kesempatan. Tapi mungkin karena sedang dalam fase lelah, saya malah tak memberi jawaban. Tidak mengangguk ataupun menggeleng. Saya memilih terus berjalan.
Saya sedang lelah menjadi batu. Karena pernah mengalami keras kepala seperti batu untuk mempertahankan sesuatu yang justru memilih lepas dari genggamana saya. Rasanya sakit. Pedih. Saya benci perasaan itu. Saya terluka karenanya. Terpuruk untuk beberapa waktu. Dan karena itu kini saya terlalu takut untuk berkeras selayaknya batu. Saya takut kecewa lagi. Takut terluka lagi. Sebab kini membayangkan luka yang pernah singgah itu saja rasanya sedemikian sakit. Konon lagi harus merasakan luka yang sama. Saya tak sanggup.
NB : Ini sebenarnya tulisan lama, waktu lagi mellow mellow binggo drama hhahahaaa,,,, pas selesai nulis rasanya kok nggak pede mau publish, abisnya kok rasanya lebai banget hhehee,, tapi malam ini mikir ya udahlah diposting aja, kan udah ditulis juga. Biar ntar kalau baca lagi jadi keinget dulu pernah lebai :D
0 komentar