SEKELUMIT CERITA TENTANG SENANDUNG SIMALUNGUN DI SAMOSIR
Sekelumit cerita tentang Senandung Simalungun di Samosir |
Sekelumit Cerita Tentang Senandung Simalungun di Samosir : Welcome November… duuh udah November aja ya, nggak terasa bentar lagi bayar domain *hiahhaaa…* sementara ngeblognya masih angin-anginan.
Btw, kemarin nggak tau kenapa kepikiran bulan November ini postingannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan saya pribadi ataupun tentang bulan November. Dan 1st day di Bulan November ini
saya mau cerita tentang Acara Senandung Simalungun di Samosir kemarin.
“Tanggal 22 kita ke Samosir ya.”
Begitu isi BBM pak Maruli di suatu ketika. Saya yang waktu itu lagi di Batubara dan sedang pengen ‘melarikan diri’ ke Medan langsung aja bilang oke. Seenggaknya saya jadi punya alasan ke diri saya sendiri untuk jedah sejenak dari Batubara *ngapain saya di Batubara, nanti bakal saya ceritain juga di postingan lain*
Keberangkatan kami ke Samosir tanggal 22 berkaitan dengan acara Senandung Simalungun yang bakal diadakan di Samosir. Ini sebenarnya sebagai lanjutan dari pertemuan di acara ‘Seniman
Simalungun Berdialog’ pada September 2016 kemarin *duuuh… acara tersebut malah belum ada saya tulis di blog ini*.
Yaps… jadi sebenarnya acara Senandung Simalungun ini adalah sebuah upaya untuk memperkenalkan lagu-lagu daerah Simalungun ke masyarakat luas. Nah untuk langkah awal ini dibuatlah acara Senandung Simalungun di Samosir. Kenapa Samosir, menurut Pak Maruli karena Samosir kan emang sedang gencar membangkitkan kembali pariwisata di Samosir, jadi ini event sekalian ngedukung program mereka, sekalian juga untuk memperkenalkan lagu-lagu Simalungun ke masyarakat Samosir yang dikenal mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba.
Jumat siang saya berangkat dari Batubara menuju Medan. Nyampe Medan udah sore dan disambut hujan deras. Untungnya udah nyampe rumah, tapi sedihnya karena lapar dan belum sempat beli makanan hiks…
Sabtu sekitar jam setengah 7 pagi saya dan Robby berangkat menuju titik kumpul di pool busnya Lovely Holidays di jalan Flamboyan. Nyampe di pool jam 7 lewat 5 menit. Disana sudah ada Pak Maruli dan Ibu. Tak lama setelah itu Pak Erond Damanik pun sampai. Disusul dengan bang Andy Siahaan dan bang Charis Martin Purba. Kami pun berangkat dari pool menggunakan salah satu armada Lovely Holidays Tour & Travel. Bus dengan bangku 2-2 ini terasa nyaman dan lapang. Ada space dari satu deret bangku ke bangku lainnya. Jadi nggak kayak bus umum. Palingan saya kedingin karena AC nya memang dingin, trus ditambah lagi emang masih pagi.
Pagi-pagi udah narsis di depan bus Lovely Holidays |
Di Amplas bus berhenti karena Triadil dan kawan-kawan dari Himapsi (Himpunan Mahasiswa & Pemuda Simalungun) Unimed naiknya dari sini. Sepanjang perjalanan kami dihibur oleh lagu-lagu Batak baik itu dari TV di bus maupun dari kawan-kawan Himapsi. Cuma karena emang masih ngantuk ya saya lebih milih tidur :D
Dibuai lagu-lagu Batak di sepanjang perjalanan, sampe tertidur :) |
Sampai di Pematangsiantar muatan pun bertambah karena rombongan masyarakat seni Simalungun banyak naik disini.
Sekitar jam setengah 3 kami menyeberang dari Parapat ke Ambarita. Oya, sedikit cerita tentang Parapat, kawasan wisata ini sepiiii banget. Kayaknya bukan kawasan wisata deh. Padahal itu weekend loh. Kemana perginya para turis. Padahal dulu kawasan ini masih kesohor sebagai salah satu unggulan parisata Sumatera Utara. Saat perpisahan sekolah dulu saja kami memilih Parapat sebagai tempat wisata perpisahan sekolah. Hmm.. hayuuuk pada ke Parapat lagi, Danau Toba lagi, kita hidupkan lagi pariwisata Danau Toba *Ngomongnya udah kayak pidato kepala dinas pariwisata yaaak hihihii..*
Parapat riwayatmu kini |
Baiklah, balik lagi ngobrolin perjalanan ke Samosir. Di Kapal, saya dan tim dokumentasi milih duduk di bagian depan. Mumpung belum acara, jadi nyempetin buat bernarsis ria. Kebetulan bang Charis bawa tongsis *jarang-jarang fotografer bawa tongsis ya :D* jadilah kami wefie beberapa kali jepretan. Sempat bikin video juga loh.
Menuju Ambarita - Samosir |
Enaknya kalau bareng seniman itu ya gini, dihibur dengan pertunjukkan santai namun berkualitas :D |
Nah kalau bareng fotografer enaknya itu selalu difotoin kayak gini :D |
Pak Maruli datang ke depan awalnya mau tanya sesuatu, tapi akhirnya malah jadi model dadakan hihihiii... |
Sampai di Rogate Beach Hotel yang akan menjadi lokasi pertunjukkan, kami disambut dengan bu Niar Damanik yang emang udah standby disini. Meski katanya Samosir tengah dilanda kekeringan hingga air Danau Toba turun drastis, tapi buat saya yang biasa tinggal di Medan yang panas, udara Samosir sore itu lumayan dingin boook. Dan karena dingin, saya pun pakai hiou (kain khas Simalungun) dalam bentuk syal kecil yang tadi dibagikan oleh bapak-bapak dari masyarakat seni Simalungun. Saya ikatkan di kepala biar nggak pusing saking dinginnya *semoga nggak salah penggunaan ya. Secara biasanya penggunaan kain tradisional itu ada aturan-aturannya. Mohon maaf jika salah ya*
Sampai di Rogate Beach Hotel disambut oleh Niar Damanik |
Pak Maruli menyiapkan setumpuk brosur acara untuk dibagi-bagikan warga. Katanya jaga-jaga manatau acaranya belum tersosialisasi secara maksimal. Sebenarnya sudah lumayan terlambat sih kalau dibagikan sore itu, secara acaranya malam. Tapi berhubung sudah dicetak juga dan saya juga emang pengen jalan-jalan ke perkampungan warga *biasanya kalau ke Samosir pasti cuma di penginapan dan di tempat wisatanya doang, nggak ke pemukiman penduduk* jadi saya semangat-semangat aja bagiinnya. Lagian saya kan bukan pengisi acara, jadi nggak perlu ikutan GR segala.
Pengisi acara sedang GR, kita mah jalan-jalan hihihiii... |
Pengisi acara GR, panitia rapat, saya jalan-jalan :D |
Saya bagi brosur naik sepeda motor bareng Robby ke sekitaran Ambarita dan desa-desa terdekat. yaoloooohhh… kepala rasanya plong ciiiin cuma dengan bersepeda motor sambil melihat pemandangan. Rumah-rumah masih banyak yang khas tradisional Batak Toba, di kanan jalan perbukitan hijau tinggi menjulang. Sebelah kirinya Danau Toba dengan di seberang sononya perbukitan juga. Rasa-rasanya mata jadi kinclong deh disuguhi pemandangan yang beginian.
Ah Danau Toba, Samosir i'm falling in love :D |
Meski ada beberapa orang yang nggak tau ada acara ini, tapi sebagian besar ternyata sudah tau. Spanduk acara ada terpasang. Uniknya tiap saya kasi brosur ini, responnya macam-macam. Ada yang jadi curhat pengen datang tapi nggak punya kendaraan. Ada yang tanya pas acara nanti boleh ikutan nortor Sitalasari apa nggak. Ada yang nanya pake tiket apa nggak padahal sudah tertulis jelas kalau acara ini gratis. Bahkan ada yang tanya ada bakal disedian snack apa nggak hahahaa… saya mah jelasin yang pasti ada door prizenya. Ada TV, tas, hiou, uang ringgit, dll.
Spanduk Senandung Simalungun di Samosir terpasang di depan rumah warga |
Tapi yang selalu ditanya pastinya adalah marga saya. Waktu saya jawab Siregar mereka kaget “bah, kok kau yang bagikan ini?” secara marga Siregar bukan merupakann suku Batak Simalungun. Hehhee… bantu-bantu kan nggak pa-pa toh. Saya kan orang Indonesia, cinta budaya dan kesenian tradisional Indonesia *uhuiii.. pencitraan banget sih saya, kayak mau nyalonin diri jadi gubernur aja*
Kami terus saja mengikuti jalanan beraspal, dan saya jadi ngiri banget waktu liat ada yang lagi terbang, entah paralayang atau apalah namanya, soalnya dia ada mesinnya. Pasti keren banget deh liat Danau Toba dari atas gituh, huhuhuuuu… ajakin aku terbang juga dong abang!! Secara dari dulu saya memang pengen banget nyobain yang namanya naik balon udara, terjun payung, paralayang dsb. Cuma pernah sekali doang nyoba parasailing pas di Bali. Dan itu seru n indah buangeeet.
Sebenarnya masih pengen bagiin brosur dan menjelajah lebih jauh lagi. Tapi berhubung udah mau jam 6 *kesepakatan panitia acara makannya jam 6 sore karena acara direncanakan mulai jam setengah 8* jadi kami pun putar arah sambil sesekali berhenti buat foto sejepret dua jepret.
Kalian nggak pengen menyaksikan langsung keindahan danau toba guys?! |
Sebenarnya ada sebuah tanya di kepala saya, apa jadinya jika lagu-lagu Simalungun dikumandangkan di pulau Samosir. Apakah hanya akan menjadi pertunjukkan ala kadarnya tanpa menarik sedikitpun perhatian penduduk Samosir yang merupakan daerah pemukiman masyarakat Batak Toba?
Nyatanya keraguan saya tak terbukti. Pertunjukkan Senandung Simalungun di Samosir mendapat
sambutan hangat baik oleh pemerintahan Kabupaten Samosir maupun masyarakat Samosir sendiri.
Sabtu, 22 Oktober 2016. Ruangan pertunjukkan di Rogate Beach Hotel, Ambarita – Samosir dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan lagu-lagu Simalungun diperdengarkan oleh penyanyi kebanggaan Simalungun.
Penonton mulai berdatangan |
Nah loh,,, kakak bule aja tertarik datang ke acara Senandung Simalungun di Samosir, masak kamu nggak sih?! |
Ruangan berkapasitas 300 orang ini penuh hingga ada yang rela berdiri demi menyaksikan acara hingga habis. Antusiasme ternyata tak hanya ditunjukkan oleh penduduk sekitaran Ambarita dan dinas pariwisata Samosir, tetapi juga beberapa penonton yang datang dari luar Samosir, seperti Jakarta, Jambi, juga rombongan dari Medan dan Siantar.
Para penonton |
Mini konser Senandung Simalungun di Samosir dibuka dengan Tor-Tor Selamat Datang yang langsung dilanjutkan dengan penampilan total Supra Purba Tambak. Well, ijinkan saya yang bukan orang Simalungun dan tak menguasai tekhnik tarik suara untuk mengomentari pertunjukkan ini. Penampilan enerjik Supra Purba Tambak terasa pas sebagai pembuka acara. Apalagi seusai 2 lagu ia nyanyikan, sebagai penghormatan terhadap masyarakat Batak Toba, Supra membawakan lagu Batak Toba berjudul Didia Rokkaphi. Dan tanpa disangka-sangka muncul Retta Br Sitorus yang membuat sorak sorai dan tepuk tangan bergemuruh. Duet dua penyanyi ini terasa serasi. Seakan menunjukkan bahwa sudah seharusnya penyanyi lintas suku bisa saling mendukung untuk menghidupkan dan melestarikan lagu-lagu daerah. Retta yang lihai dalam nada-nada tinggi, sementara Supra mampu mengimbangi dengan aneka improvisasi.
Tor-tor pembukaan |
Duet kece Supra Purba Tambak dan Retta Br Sitorus |
Usai pemanasan dengan penampilan Supra dan Retta, Imarustiani Br Sinaga tampil manis membawakan lagu ciptaannya sendiri yang bernada mellow sebagai penyeimbang. Mengenakan gaun berwana kuning muda dengan atasan dipadukan dengan corak etnic, saya suka penampilannya, terkesan fresh dan muda.
Penampilan Imarustiani Br Sinaga |
Kawan-kawan dari Himapsi Unimed tak mau kalah. Sebagai generasi muda yang nantinya akan menjadi penerus, mereka tampil apik membawakan permainan musik dengan alat musik tradisional Simalungun berupa serunai dan seruling. Di tengah-tengah penampilan mereka, Niar Damanik dkk muncul dengan mengenakan pakaian khas Simalungun untuk berbagai acara. Dari mulai acara formal, hingga pakaian yang biasa digunakan masyarakat sehari-hari.
Penampilan kawan-kawan dari Himapsi Unimed |
Ragam busana tradisional khas Simalungun |
Usai pertunjukkan kawan-kawan Himapsi, Jhon Efendi Purba tampil membawakan lagu berjudul Elvi yang disambut dengan tepuk tangan. Bahkan ada yang nyawer loh. Di lagu kedua, saat Jhon Efendi Purba menyanyikan lagu Pos Ni Uhur, penonton pun ikut menari bersama. Dan sepanjang acara memang sering banget penonton ikut melantai, menari dan memberi saweran.
Penampilan Jhon Efendi Purba |
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Ombang Siboro memberikan sambutan. Beliau sangat senang dengan adanya event Senandung Simalungun di Samosir ini dan berusaha akan tetap mensupport acara-acara ke depannya. Pak Siboro juga mengajak semua pihak untuk mendukung agar pariwisata Samosir bisa bangkit lagi.
“Mari ceritakan yang baik-baik setelah dari sini. Jika ada yang kurang baik katakan ke kami, akan kami perbaiki secara bertahap,” ucapnya.
Usai memberi kata sambutan, juga ada prosesi pemberian kenang-kenangan dari pemerintahan Samosir ke tokoh-tokoh yang peduli pada Pariwisata Samosir.
Apresiasi terhadap mereka yang peduli terhadap pariwisata |
Nah setelah pihak pemerintahan, giliran Irjen Pol Wagner Damanik yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk menyaksikan acara ini memberikan sepatah dua patah kata. Ia sangat mengapresiasi diadakannya acara ini. Khususnya pada perkumpulan masyarakat Simalungun, juga pada Maruli Damanik yang merupakan salah satu pelaku pariwisata di Sumatera Utara.
Wagner Damanik yang jauh-jauh datang dari Jakarta memberikan sambutannya |
“Tidak semua orang yang bergerak di bidang pariwisata mau peduli dengan hal seperti ini. Karena itulah saya datang kesini,” paparnya.
Acara masih berlanjut dengan penyerahan cinderamata dari masyarakat Simalungun. Herannya, meski di tengah acara diisi dengan acara-acara formal seperti kata sambutan dan pemberian cinderamata, penonton tetap tak beranjak dari tempat duduknya. Padahal saya udah khawatir mereka bakal bosan dan pulang loh. Secara waktu kan terus beranjak malam juga.
Dan, artis yang ditunggu-tunggu pun tampil: Jhon Ellyaman Saragih dan Doddy Purba, membawakan lagu berjudul Friska. Penonton larut dalam tiap lagu yang dibawakan Jhon Ellyaman Saragih. Seorang perempuan yang tiba-tiba duduk di sebelah saya bahkan terlihat sangat excited. Ia merekam video penampilan Jhon Ellyaman dengan kamera hapenya, sambil ikut bernyanyi riang.
Kakak bermarga Tindaon ini ternyata memang sudah lama ngefans pada Jhon Ellyaman. Ia bahkan meminta saya memegang hapenya agar tetap bisa merekam sementara dia maju ke depan menemui idolanya. Saya yang pernah ngerasain euphoria bahagianya bertemu idola tentu saja tak keberatan.
Si Kakak boru Tindaon senang banget ketemu idola |
Si kakak nekat maju ke depan, ikut bernyanyi. Usai lagu, Jhon Ellyaman pun mengajak si kakak ngobrol. Ternyata eh ternyata, si kakak yang tinggal di Tomok ini sampe bela-belain maksa suaminya untuk datang ke Rogate Beach Hotel agar bisa menyaksikan langsung penampilan Jhon Ellyaman. Untungnya suaminya mau. Bahkan saat ia ke depan panggung, suaminya di belakang menggendong anak mereka. duuh… so sweet, saya kan jadi ngarep ntar punya suami yang mau nemani saya ngonser saat Sheila On 7 ke Medan :D
Dan, hal lain yang juga ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga, apalagi kalau bukan door prize. Iya. Jadi ceritanya tiap penonton diberi nomor undian. Hmm.. jangan-jangan mereka nggak pulang-pulang karena ngincer hadianya hueheeeee…
Hadiahnya macam-macam boook. Ada payung, baju, kipas angin, setrika, tas, rice cooker, tv, hoiu simalungun, kompor gas, tv led. Dan saat pencabutan nomor undian dengan hadiah hiou Simalungun dari Niar Damanik itu saya sempat ngarep kalau saya yang dapat *Ngimpiiii… hihihii, gimana ceritanya saya yang daapat wong saya nggak pegang nomor undian. Secara nomor undian nggak berlaku untuk panitia dan pengisi acara*. Iya loh, saya ngarep soalnya emang suka sama hal-hal yang berbau etnik gituh, termasuk kain tradisional. Ah… kapan ada acara Senandung Simalungun lagi ya, kalau ada hadiah undiannya Hiou Simalungun saya mau nyamar aja deh jadi penonton umum biar bisa dapat nomor undian *kemudian dikeplak rame-rame sama panitia*
Dan inang inilah yang beruntung dapat hiou Simalungun |
Usai penarikan undian, masih tetap ada loh penampilan dari para pengisi acara. Acara yang ditargetkan selesai jam 10 malam itu pun molor. Dan bahkan saat acara ditutup secara resmi, masih ada aja penonton yang tak beranjak. Mereka tetap asik menikmati pertunjukkan bebas dari mereka yang mau menyumbangkan suaranya. Bahkan sampai saat Pak Maruli yang malam itu jadi MC bersama Triadil menegaskan kalau acara sudah selesai, mereka tetap tak beranjak.
Acara bebas, panitia dan pengisi acara bersukaria |
“Terima kasih sudah datang ke acara Senandung Simalungun di Samosir. Acara sudah selesai. Sudah boleh pulang,” ucap pak Maruli.
Eh tapinya tetap masih ada yang nggak beranjak dari kursinya. Wah…wah.. saya jadi yakin mereka datang bukan semata-mata karena iming-iming door prize, tetapi memang ingin menikmati musik lagu-lagu Simalungun. Acungin jempol deh buat penonton malam itu *buat panitia juga*.
nor tor bersama setelah acara usai |
Malam terus merangkak lebih tinggi. Para panitia dan pengisi acara saling bersalaman dan berpelukan. Bisa saya lihat wajah-wajah bahagia mereka. Mungkin ini hanya acara kecil, tapi saya menyaksikan bagaimana usaha orang-orang Simalungun ini untuk menghidupkan kesenian tradisional mereka di tengah semakin menipisnya minat orang-orang terhadap lagu-lagu daerah.
Saya sudah entah beberapa kali menguap. Mini konser Senandung Simalungun di Samosir memang sudah selesai. Tapi esok masih ada lagi rangkaian acara yang dimulai sejak pagi. Esok pagi?! Hellow ini juga sudah pagi kelesss.. saya berjalan ke kamar dan langsung merebahkan diri.
Dududuuu… panjang juga postingan saya kali ini. Tapi ini belum berakhir, *ntar saya lanjutkan di postingan berikutnya* sama seperti usaha kita yang nggak boleh berakhir untuk melestarikan warisan budaya bangsa.
Ada yang kemarin datang ke acara Senandung Simalungun di Samosir? Gimana kesannya?! Apa, nggak tau lagu-lagu Simalungun?! Buruan cari di gugel gih :P
Tags:
REVIEW EVENT
4 komentar
Duh,, kapan ya awak diaajak acara ginian,, kan pengen,, hahaha ..
BalasHapusuntuk Samosir semoga pariwisatanya terus membaik, karena tempatnya selalu dirindukan :)
Jadi pengen ke sana he he he
BalasHapus@Medan Wisata : Duuh,, awak mau ngajak tapi apalah daya awak pun diajak :D
BalasHapus@Mbak Deka : Ayo main ke Danau Toba mbak!
BalasHapus