TRAGEDI AIR TERJUN DUA WARNA DAN CERITA TENTANG EUPHORIA BERWISATA
Air Terjun Telaga Dua Warna - Sibolangit |
Saya langsung terbanyang bagaimana kengerian yang terjadi saat itu. Hingga saya menulis ini, kabar masih simpang siur. Sebuah berita mengatakan bahwa hari itu (Minggu, 15 Mei 2016) jumlah pengunjung Air Terjun Dua Warna adalah 76 orang : 56 sudah dievakuasi dan 20 lagi masih dalam pencarian. Dari 56 yang dievakuasi tersebut, 17 di antaranya dinyatakan tewas.
Tentu berita dan informasi akan terus berkembang seiring keterangan dari mereka yang dilokasi dan tim sar yang tengah melakukan pencarian.
Saya tidak akan bercerita banyak tentang kejadian di Air Terjun Dua Warna ini karena saya sendiri pun masih mengikuti perkembangan terkini dari peristiwa tersebut. Namun yang ingin saya bagi pada tulisan kali ini adalah bagaimana kejadian ini membawa saya pada perbincangan dengan seseorang yang pernah ngetrip bareng saya.
Berawal dari bercerita tentang kejadian di Dua Warna, kami pun seakan tersadar kalau ternyata kami pernah berada pada posisi yang memungkinkan terjadinya banjir bandang seperti yang menimpa para pengunjung Air Terjun Dua Warna.
Ceritanya kami pernah ngetrip bareng ke Negeri Suah. Sebuah tempat wisata yang terkenal dengan sungai dua rasa dan sebuah air terjun yang letaknya berbeda meski masih di desa yang sama. Saat berjalan kaki hendak menuju air terjun, gerimis turun, lalu hujan tak terelakkan. Saya yang memang pada dasarnya suka hujan malah senang. Kami memutuskan untuk tetap ke air terjun meski hujan turun dengan derasnya.
Hujan kemudian berganti menjadi gerimis rapat. Kami turun ke lokasi air terjun dan bertemu pengunjung lain yang berjalan pulang. Tinggallah kami berlima dan saya perempuan sendiri. Hujan kembali turun. Sebenarnya sempat terbersit kalau hal ini bisa berujung bahaya. Tapi saya buru-buru menepis pikiran buruk itu. Berdo’a dalam hati, memohon perlindungan, lalu melebur kembali dalam gelak tawa bersama teman-teman.
Bukannya pulang, kami malah santai menceburkan diri ke aliran sungai kecil berbatu untuk sampai ke air terjun. Teman saya bahkan tetap membawa kamera DSLR yang harganya ‘wah’ itu.
Saya dan teman-teman bahkan naik ke tebing yang menjadi jalan air terjun *and do you know? Saya yang paling tinggi memanjat tebingnya ckckckck, padahal saya perempuan sendiri*. Menikmati guyuran hujan dan deras air terjun secara bersamaan. Rasanya segar dan menyenangkan sekali.
Kami bahkan menyempatkan diri berfoto padahal hari tengah hujan.
Air Terjun Negeri Suah. Tolong jangan ditiru kelakuan kami, tetap nomorsatukan keselamatan guys! |
Turun dari tebing, hujan masih saja turun. Bukannya segera pergi, kami malah mengambil sebuah spanduk yang tertinggal disitu, entah punya siapa. Mencari batang kayu, tali *yang kebetulan juga kami temukan disana*. Di samping tebing sungai yang tinggi, kami membuat tempat teduh darurat dari spanduk, tertawa cekikikan sambil makan biskuit yang kami bawa sebagai bekal. Waktu itu rasanya seru dan menyenangkan. Berhujan-hujanan bersama teman sambil makan biskuit yang lembab terkena tempias hujan.
Cukup lama kami menikmati hujan di tenda asal-asalan yang kami buat. Sampai hujan tinggal rintik dan air sungai justru terlihat lebih coklat dan lebih tinggi dari saat awal kami datang, kami pun memutuskan naik dan kembali ke rumah pemukiman penduduk tempat kami menitipkan sepeda motor dan tas berisi pakaian ganti.
Sesaat setelah memutuskan naik, berfoto dengan latar belakang air terjun Negeri Suah. |
Bagaimana kalau saat itu air bah datang sebelum kami sempat naik ke atas? Ya Allah, saya merinding membayangkannya, kami telah mengabaikan keselamatan diri kami sendiri. Syukur Alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan dan melindungi kami.
Saya tidak tau bagaimana situasi sebelum terjadinya banjir bandang di kawasan Air Terjun Dua Warna, Sibolangit. Apakah sudah ada tanda-tanda bahaya semisal hujan seperti yang kami alami di Air Terjun Negeri Suah, atau memang banjir bandang datang begitu saja tanpa diduga. Yang jelas kejadian ini seakan menjadi pengingat untuk saya pribadi, jangan abaikan pertanda alam. Jangan terlalu larut dalam euphoria seru-seruan ngetrip dan melalaikan keselamatan. Dan yang pasti, tetap berdo’a dan memohon perlindungan Sang Raja Semesta.
Saya saat ke Air Terjun Dua Warna di akhir 2008. Maaf disensor, dulu nggak pakai jilbab :D |
22 komentar
ya, banjir bandang itu tiba2 datangnya ya, jadi orang sering terlupakan, mungkin siyarat kalau hujan turun besar bisa ajdi terjadi
BalasHapusIya mak. sebagai wisatawan kita harus lebih waspada ya mak :)
HapusYa Allah, saya baca kabar Sibolangit ini sedih, mbak :"(
BalasHapusSaya dulu pernah juga ke air terjun, hitungannya juga gak terlalu tinggi. Tapi, sempat agak hujan dan air mulai naik. Tapi, syukurlah Tuhan masih memberi keselamatan :")
sedih banget aku baca berita ini mbak. apalagi sampai pencarian resmi dihentikan,masih ada korban yang belum ditemukan :(
Hapustetap berdo'a kapanpun dan dimanapun ya kan mbak. semoga kita selalu dalam lindungannya.
Tetap harus mawas diri ya saat traveling, kadang kita gak bisa membaca pertanda alam.
BalasHapusbener. saking asiknya berwisata, kadang kita sampai abai untuk membaca pertanda.
HapusKemanapun kita berwisata... gak gunung, laut, sungai, bahkan ke hutan sekalipun tetap harus slalu perhatiin tanda-tanda alam ya Di. Jangan sampe euphoria berlebihan karena kita ga pernah tau kejadian semenit kemudian :(.
BalasHapusiya kakakku. kemanapun perginya dan dengan siapapun, jangan pernah lupa untuk memohon perlindungan_Nya. apalah kita ini tanpa Dia yang maha segala maha.
HapusMenjadi pengingat juga,, jangn pernah sepele terhadap apapun dialam,, :'(
BalasHapusiya min. semoga kita bisa selalu saling mengingatkan dalam kebaikan ya :)
HapusMusibah banjir badang seperti ini memang datang mendadak tanpa bisa kita sangka-sangka. Semoga yang masih hanyut segera ditemukan, yang wafat ditempatkan di sisi-Nya, dan yang selamat diberi kesabaran.
BalasHapusAamin ya Rabb!
HapusKita harus selalu berdoa memohon keselamatan di mana pun kita berada. Enaklah udah pernah berkunjung ke sana aku belum pernah satu kali pun, hanya mendengar gaungnya saja
BalasHapusiya kak Rin, semoga kita selalu dalam lindunganNya ya.
Hapusaku cuma sekali kesana kak. waktu belum hits kayak sekarang. setelah hits dan banyak yang mengunjungi malah jadi malas mau kesana lagi. karena biasanya malah ngenes liat alam yang rusak dan jorok.
Duh, Mbak
BalasHapusberani bener tuh fotonya paling atas...
dan turun berduka cita pada korban Air Terjun Dua Warna...
aku juga baru nyadar sekarang tuh mbak foto itu. kok aku berani bener yaak xixixiii...
Hapusiya mbak, semoga duka ini segera berlalu.
Ehm, memang riskan kalau ke Air tejun dalam keadaan hujan, selain kemungkinan adanya banjir, jalan yang licin akibat turunya hujan bisa saja bikin terpeleset. Semoga bisa menjadi hikmah #selfreminder :)
BalasHapusyes, bebatuan itu biasanya licin dan rawan terpeleset. harusnya kalau udah ujan gini cepat-cepat cari tempat aman sih ya. semoga ke depan bisa lebih mawas diri lagi sayanya :)
Hapussemoga banyak hikmah dan pelajaran mbak dari semua musibah dan kita dapat ambil hikmahnya.... wah keren mbak mashaAllah keep fight ya mbak semoga jilbabnya makin syar'i mantap
BalasHapusaamin. sudah sepatutnya memang kita mengambil pelajaran dari tiap hal yang sudah ditentukanNya.
HapusAamin juga untuk jilbabnya :D
Kalau udah mulai mendung gitu ane mending naik ke atas atau meninggalkan air mbak.. soalnya nggak tau kapan debit air mulai naik. Hehehe
BalasHapusidealnya begitu memang mas. cuma nggak tau kenapa kemarin itu kami malah berlama-lama disana. semoga nggak ada yang mencontoh hal itu. nggak bagus buat keselamatan.
Hapus