SOSIAL MEDIA DAN TRAVELLER KARBITAN
Sosial Media dan Traveller Karbitan : Kemajuan teknologi menjadikan segala jenis informasi tersebar begitu mudah. Semua orang ingin membagi segala hal yang ia miliki ke akun sosial media mereka. Termasuk pengalaman travelling. Tak dapat dipungkiri, media sosial menjadikan ‘virus’ travelling begitu mudah menyebar ke sesama pengguna sosial media lainnya. Kondisi ini diperkuat dengan banyaknya penerbangan dan penginapan low budget serta kemajuan teknologi, membuat jumlah traveller meningkat di seluruh dunia. Begitu juga di Indonesia.
Sayangnya memang, saat ini lahir traveller ‘karbitan’. Traveller yang hanya mengejar gengsi. Traveller karbitan ini memiliki beberapa ciri menurut pemantauan penulis.
1. Travelling hanya untuk mengejar foto-foto
Agar dianggap eksis di media sosial. Pernah suatu ketika penulis bertemu traveller lain saat mengunjungi Pulau Pandang, sebuah pulau cantik di Selat Malaka. Saat ditanya apa motivasinya datang ke pulau tersebut, alasannya adalah untuk foto-foto. Terbukti memang sepanjang perjalanan kami disana, mereka (tiga orang) hanya sibuk foto-foto. Usai foto-foto, langsung mengaku bosan dan ingin segera pulang ke Medan. Bahkan, menurut pengakuan mereka, mereka pernah ke Sabang hanya untuk foto-foto setelah itu pulang tanpa berniat melakukan aktifitas lain atau mencoba sesuatu yang menarik disana, ckckck..
Ada yang bilang kalau travelling tanpa foto itu sama saja bohong. No photo, hoak!! Salah satu alasan kita berwisata pun seringkali memang karena keindahan tempatnya. Tapi bukan berarti datang hanya untuk numpang foto saja kan.
2. Suka mengeluh
Sama seperti hidup yang penuh dinamika. Dalam perjalanan wisata pun sering terjadi hal-hal tak terduga. Sebenarnya justru disini lah letak keseruan dalam sebuah perjalanan. Tapi traveller karbitan biasanya akan dengan mudah mengeluh jika ada hal-hal yang tak sesuai dengan ekspektasinya sedari awal. Mereka biasanya maunya yang instan-instan dan yang mudah-mudah saja. Lelah sedikit, ngedumel. Makanan kurang enak, marah. Pokoknya kalau ada yang tak sesuai dengan apa yang ada di pikiran mereka, mereka cenderung mudah rusak mood-nya karena hal tersebut. Cenderung mengunjungi tempat yang sudah banyak dikunjungi orang. Tujuannya ya seperti poin pertama tadi, hanya untuk pamer foto di sosial media.
3. Kurang memperhatikan keselamatan
Lagi-lagi berhubungan dengan poin nomor satu. Seringkali kita lihat, traveller yang nekat berfoto di lokasi yang sebenarnya berbahaya dan tanpa alat pengamanan hanya supaya bisa berfoto yang keren dan bisa pamer ke rekan-rekannya. Tak hanya itu, seringkali kita dapati mereka yang berwisata adventure hanya membawa badan saja, tanpa perlengkapan pendukung yang biasanya selalu ada bagi mereka yang menyukai petualangan. Bekal makanan yang mereka bawa pun kebanyakan makanan instan yang sebenarnya justru tidak dianjurkan bagi mereka yang sedang adventure karena membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk berpetualang.
4. Tak peduli lingkungan
Ini yang paling memprihatinkan. Ngakunya traveller sejati tapi buang sampah sembarangan, corat-coret sana-sini, dan tak menjaga perilaku. Ujung-ujungnya tempat wisata malah penuh sampah, jorok, dan tak indah dipandang. Helooo.. traveller itu pemuja keindahan, sekaligus menjaganya agar tetap indah, bukan malah mengotori dan merusaknya.
Tak hanya lingkungan alam. Para traveller karbitan ini biasanya juga acuh pada lingkungan sosial. Padahal sesungguhnya, travelling bukan hanya tentang mengunjungi tempat indah, tapi juga mengajari kita bagaimana bersosialisasi dengan siapa saja yang kita temui saat travelling berlangsung
Begitulah, fenomena pamer foto di sosial media ini membawa dampak positif dan negative secara bersamaan. Positifnya, bisa mempromosikan sebuah tempat wisata dan menarik pengunjung untuk datang yang berujung pada pergerakan ekonomi di lokasi tersebut. Namun di sisi lain juga melahirkan traveller karbitan yang justru bisa merusak citra pariwisata itu sendiri. Tentu saja dibutuhkan sebuah gerakan untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan traveller tersebut.
Yuk jadi traveller yang peduli, bukan sekedar mengejar gengsi.
*Dimuat di rubrik Pariwisata, Analisa. Minggu 28 Februari 2016
27 komentar
wew traveller karbitan men,,, predikat "traveler karbitan" itu disematkan oleh si pelaku traveler atau justivikasi seorang pengamat traveler ya? hehe
BalasHapusehehee.. awal menulis saya bingung memberi julukan untuk para traveller jenis ini mas, terus entah gimana awalnya bisa muncul kata 'karbitan' itu :D
Hapusehehee.. awal menulis saya bingung memberi julukan untuk para traveller jenis ini mas, terus entah gimana awalnya bisa muncul kata 'karbitan' itu :D
HapusYuk... aku juga pengen belajar banyak sebagai travel yang baik bagaimana kan secara tidak langsung memperkenalkan alam sekitar ^_^
BalasHapusyuk mbak, sama-sama belajar kita :)
Hapusaku paling sebel dan marah kalo liat tipe yg ke4 mbak... krn yg mereka lakuin itu lbh ke merugikan org lain, ngeliat sampah2 yg mereka buang seenaknya -__- hihhh... kalo nomor 1,2,3 mah itu yg rugikan traveler karbitannya ;p..mw foto tnpa memperhatikan safety kek, mau ngomel2 kalo capek kek, ga ngerugiin org lain :D
BalasHapusaku juga suka geregetan kalau ketemu orang seperti poin 4 mbak Fan. selain nggak enak dipandang kalau tempat wisatanya jorok, juga mencemari lingkungan :)
HapusMenarik, bisa dijadikan renungan. Terima kasih kak :)
BalasHapusterima kasih kembali mas :)
Hapusyang pasti harus peduli lingkungan dan gak merusak ataupun mengotori tempat wisata :)
BalasHapusaw keren. dimuat di media yak?
BalasHapusalhamdulillah iya mbak :)
HapusTepat!!!Sekarang banyak banget travel karbitan...hehehe,istilahnya boleh juga tuh.
BalasHapusPadahal kalau cuma foto2 selfie doang mah,teknik editan foto udh canggih skrg. Emangnya mereka udh sengetop apa sih? Mr Roy Suryo jg gak punya waktu nganalis keaslian foto mereka.
Keren,Mbak ide tulisannya :)
iya mbak, kadang suka kesel sendiri liat traveler model beginian. makanya kepikiran buat menuliskannya :)
HapusHahahahaha banyak neh emang yang kayak gini. Tulisannya bagus hehehee.
BalasHapuswww.ibelpatahna.com
semoga kita nggak termasuk yang seperti itu ya mas :)
HapusPada awalnya sih tertarik karna foto-foto, tapi pada akhirnya alam memang lebih menarik untuk dinikmati dibanding hanya difoto saja. Foto yaaa sebagai kenang2an aja, bukti pernah mampir aja hehehehe.
Hapusiyesss... alam lebih menarik untuk dinikmati ketimbang hanya difoto saja :)
Hapusaku malah seringnya lupa foto di lokasi kalau udah keasikan menikmati tempatnya :D
Sedikit ekstrim sih, tapi kritik tentang kurang memperhatikan keselamatan dan tidak peduli lingkungan boleh juga tuh...
BalasHapusapanya yang ekstrim bung?!
HapusTitle 'traveller karbitan' kesannya dipaksakan jadi traveller yah, pada cuman buat pajangan untuk numpang eksis di sosmed
Hapusiya maksudnya gitu mas :D sama kayak buat yang dikarbit. belum masak tapi dipaksa masak supaya bisa cepat dijual :D
HapusSiapa tu yang sukak selfie2 aja di tempat wisata? Hihihi.. aku suka juga siy, tapi banyakan foto lokasinya daripada muka sendiri Di :D. Lebih kece rasanya kalo lebih menonjolkan keindahan satu tempat yah daripada fokus ke muka sendiri melulu.. hahaha :)).
BalasHapusDiah juga suka loh kak selfie-selfie.. foto-foto buat kenang-kenangan ya kan. tapi ya nggak jadi motivasi utama juga :)
HapusSiapa tu yang sukak selfie2 aja di tempat wisata? Hihihi.. aku suka juga siy, tapi banyakan foto lokasinya daripada muka sendiri Di :D. Lebih kece rasanya kalo lebih menonjolkan keindahan satu tempat yah daripada fokus ke muka sendiri melulu.. hahaha :)).
BalasHapusUlasannya mak nyoss banget, moga pesan2nya nyampe ya mbak. Secara, saya aja yg pengen banget bisa traveling kudu mendam dulu impian ini
BalasHapusmakasih mbak. semoga nggak makin banyak muncul traveler jenis-jenis seperti yang saya tulis ya kan mbak :)
Hapussemoga keinginannya untuk traveling bisa segera terwujud ya mbak :)