TRIP TO PULAU PANDANG (BAGIAN II)
Trip to Pulau Pandang (Bagian II) - Wisata Sumut : Masih ingat cerita saya tentang Trip to Pulau Pandang (Bagian I) beberapa waktu lalu? Ini kelanjutannya.
Setelah berhasil mengitari setengah Pulau Pandang, kami kembali ke mess. Rencananya hendak mandi, ternyata masih antri. Akhirnya memilih duduk-duduk di pinggir pantai menyaksikan keceriaan mereka yang tengah mandi di pantai sambil bercanda ria.
Waktu mengelilingi pulau. |
Karena dangdutan itu merupakan acara internal mereka jadi saya memilih mencari keasyikan sendiri walau mereka pun beberapa kali menawari untuk bergabung. Robby tampaknya tengah asik memotret yang lagi dangdutan. Entah memotret sang biduan, atau peserta trip, saya tak begitu peduli.
Hanya ada satu penerangan di pinggir pantai. Itu pun di bawahnya sudah ada sekumpulan orang ramai bercerita. Tampaknya anak sekolah. Kelihatan dari postur tubuh dan cara bicaranya yang khas remaja *menuliskan kata remaja, kok saya jadi berasa tua hahahhaa*
Dengan bertelanjang kaki, saya memilih berjalan santai di pinggiran pantai yang remang-remang. Sepi. Ingin memotret tapi kamera handphone mana yang mendukung hasil yang bagus dengan cahaya remang begini. Jadi saya memutuskan untuk terus berjalan dan menikmati debur ombak yang berirama.
Hampir ke ujung, saya berhenti dan duduk di atas pasir yang dingin. Memandang langit yang malam itu tak berbintang. Ah, saya jadi teringat malam-malam yang pernah saya habiskan di tepi pantai dengan bintang-bintang bertaburan. Malam-malam dengan langit yang menakjubkan di Karimunjawa, malam yang menyenangkan di Pantai Lovina (Bali), malam yang hangat oleh perbincangan dengan sahabat di dermaga pulau Berhala, dan malam-malam berbintang lainnya. Saya mengingat semua itu dengan pandangan jauh ke horizon yang terlihat samar di keremangan.
Musik dangdut masih terdengar, berpadu dengan suara ombak. Entah di menit keberapa, pandangan mata saya beralih dari horizon ke sekeliling. Saat itulah mata saya terpaku pada sesuatu yang berpendar di pinggiran pantai, tepat di batas air laut menyentuh bibir pantai. Sinar kecil berwarna biru yang seperti berkerlap-kerlip. Saat ombak membawa air laut mencapai pantai, sinar itu pun hilang. Kemudian terlihat lagi saat air kembali tertarik ke laut. Saya jadi penasaran. Kerlip sinar itu ada di sepanjang bibir pantai. Para remaja yang masih berisik itu pasti tak melihatnya karena mereka berada di bawah penerangan yang terang. Hanya di tempat yang cahayanya kurang lah sinar-sinar kecil dapat terlihat.
Saya makin penasaran dan bergegas mendekat. Membiarkan air laut menyentuh kaki saya. Saat air laut menjauh dan saya mengangkat satu kaki saya, saya kaget karena ternyata sinar-sinar itu ada di bekas pasir yang saya injak. Saya menginjak mereka. Tapi mereka tetap bersinar. Satu sinar malah menempel di kaki saya bersama pasir basah. Sinar-sinar itu seperti butiran-butiran kecil. Saya masih belum tau benda atau makhluk apa namanya. Apakah mereka kunang-kunang laut? Atau mungkin mereka adalah jelmaan bintang-bintang yang absen di langit malam itu.
(Foto : http://media.greatocean.com.au/) walaupun terinjak, ini sinar birunya tetap berpendar |
(Foto : http://a.abcnews.go.com/) Di Pulau Pandang, sinar birunya tak sebanyak seperti yang di air dalam foto ini, tapi lebih seperti titik-titik kecil seperti yang di pasir dalam foto ini. |
(Foto : http://oarnorthwest.com/) phenomena bioluminusensi oleh ubur-ubur |
Sedang asik memandangi phenomena bioluminensensi, beberapa kapal nelayan mendekat ke pulau. Mereka ‘memarkirkan’ kapal mereka di pantai tak jauh dari saya. Mematikan mesin. Sebagian awak kapal turun, sebagian tetap di kapal. Saya terusik. Tak bisa menyaksikan kunang-kunang laut jelmaan bintang seleluasa tadi. Menyadari ada saya, salah satu dari mereka pun berteriak mengundang saya ke kapalnya. Hmm.. ajakan itu terdengar sama saja seperti gombalan pria-pria pada umumnya. Gombalan iseng-iseng berhadiah.
“Ngapain disitu, sini sama abang!” sahut suara di atas kapal.
Saya berjalan menjauh, berpindah tempat ke dekat sinar lampu satu-satunya di pinggir pantai. Saya tau nelayan-nelayan itu tak berniat jahat, hanya iseng menyapa. Bentuk keramahan dengan sedikit bumbu gombalan. Tapi saya memang tak hendak menanggapinya lebih jauh meski sebenarnya penasaran dengan kehidupan mereka di lautan.
Di bawah sinar lampu itu, saya mengumpulkan batu-batu kecil, menyusunnya setinggi yang saya bisa. Sebagian batu-batu itu saya lempar ke laut. Melempar sejauh mungkin sambil mengucapkan impian-impian saya di dalam hati sembari berdoa, semoga Raja Semesta memeluk mimpi-mimpi saya, menggenggam tangan saya agar langkah saya tak tersesat. Saya menikmati aktifitas ini. Sudah menjadi kebiasaan saya memang saat bepergian untuk meluangkan waktu menikmati kesendirian. Berbincang dengan hati saya sendiri, dan Raja Semesta tentunya. Biasanya saya gunakan untuk bersyukur untuk hal-hal yang sudah saya raih, dan berdoa untuk mimpi yang belum tergapai.
Tak hanya di pantai, di gunung pun saya suka melakukan ritual 'melempar batu'. |
Perempuan dan keluarganya pamit. Saya kembali sendiri. Entah pukul berapa. Tapi belum berniat untuk ke mess. Terlalu sayang rasanya melewatkan malam di pantai dengan tidur cepat. Apalagi di Medan tak ada pantai. Jadi saya ingin menikmati malam ini sampai kantuk benar-benar tak bisa diajak kompromi. Menikmati kesendirian yang ramai oleh debur ombak. Kesendirian dan keramaian yang menenangkan.
Menikmati kesendirian di tepi pantai itu menenangkan guys. |
Nelayan yang singgah ke Pulau Pandang |
Ia dan nelayan lainnya paling senang jika bisa menangkap banyak teripang. Hewan laut itu banyak diminta orang. Harganya pun tinggi. Mendapatkannya pun tak semudah menjaring ikan. Teripang di percaya ampuh mengobati berbagai penyakit, itu sebabnya banyak yang mencari.
Jika sedang melewati perairan di Pulau Pandang, mereka sering singgah untuk mengambil air tawar. Seringnya sekaligus istirahat dan bermalam. Baru keesokkan paginya melanjutkan berlayar. Mengarungi lautan yang sudah menyatu dengan jiwa mereka. Berpisah dari keluarga dengan alasan untuk menghidupi keluarga pula.
Baik siang ataupun malam, kapal nelayan sering singgah ke Pulau Pandang sekedar untuk istirahat atau mengambil air tawar |
Menaranya yang kecil di ujung sana kelihatan nggak ya;) |
NB : Foto-foto (Selain foto bioluminensensi) adalah hasil jepretan Robby
Tags:
WISATA INDONESIAKU
15 komentar
Kerennn,, pantaiinya,, ada biru" gitu,, beruntung bisa liat begituan ya kak.. :)
BalasHapuskapan kesana lagi untuk lihat yang biru2 itu kaka? lucu2 dan betuntung melihatnya
Hapusindah bnaget mba, ubur2nya sampe berseraakan di pantai..ga bahaya?
BalasHapuscantik sih kak... tapi itu artinya disana banyak kandungan logam hiks :'(
BalasHapusindah banget ya kalo malem ada biolumi.. jadi pengen liat langsung ^^
BalasHapusBioluminesensi keren yahhh... dan untung kak mbaknya gak kenapa-napa...
BalasHapusWah pemandangan pulau pandang ini menakjubkan banget ya mbak, keren dan mempesona banget nie pemandangannya, cocok banget buat bersantai ria apalagi bareng sama ayang beb :D
BalasHapusItu makluh dijamin tidak beracun jika diinjak tanpa alas kaki ?
BalasHapusJustru tampak serem pantainya, jadi tidak berani berenang.
Duh iley yang dapat abang baru eh adik baru ya ?
nah itu dia yang saya juga kurang tau mas. kata teman sih kalau ada bioluminesensi, artinya disitu kandungan logamnya tinggi. perlu ada penelitian lanjut nih di perairan pulau pandang.
Hapusadik baru yang perasaan jadi abang baru hehehehe..
Bagus mbak pantainya :D
BalasHapusbtw, itu yg biru biru cakep dah, jadi pengen kesana..
Heheheh..
btw, kapan ngetrip ke Jateng ? biar ane bisa ikut gabung :D
Wkwkwk #ngarep
wah.. jateng,, pernah sih dulu ke karimunjawa, semarang, n solo (eh solo masuk jateng kan ya). pengen lagi sih, tapi nggak tau kapan, doakan ada rejeki dan kesempatan kesana ya mas :)
Hapusindah sekali ya mbak, jadi p[engen nyoba kesana malam-malam :)
BalasHapuskayanya sambil seruput kopi lebih enak deh ya mbak :)
iya, menikmati malam di pulau pandang sambil nyeruput kopi, wah ide bagus tuh. kapan-kapan kalau kesana bawa kopi ah hehehehe..
Hapussaya juga mau deh mbak, aduh kayanya kalo ajakin pasangan bisa lebih so sweet ya dibawa kesini mbak.hehe
Hapusehehhee.. iya mas, bawa pasangan dan nikmati pantai sambil ngopi bareng, romantis ala saya hehehe :)
Hapus