Slank Reog & Roll Medan : Konser Keren yang Sepi Penonton - Kemarin malam saya dan seorang teman nonton konser Slank Reog & Roll. Bisa dikatakan, kami nonton tanpa rencana. Awalnya kami berencana kulineran makan Tahu Balik di Binjai. Tapi nggak jadi karena nggak keburu waktu karena si teman ada yang harus dikerjain. Dan waktu bilang batal kulineran itulah si teman ngajakin nge-Slank. Saya sih oke-oke aja karena memang sedang tidak ada agenda.
Sebelum nge-Slank, kami mampir dulu ke Warung Nasi Sate Matang Cek Mun yang tak jauh dari lokasi konser.
Sate Matang Cek Mun ini memang salah satu sate favorit saya, jadi saya pun langsung setuju waktu teman ngasi ide buat makan disini.
|
Sate Matang Cek Mun yang mantap ini jadi amunisi sebelum nge-Slank |
Usai makan, langsung cus ke MICC, tempat digelarnya Slank Reog & Roll. Disana sudah ada bang Is yang sudah menunggu. Bang Is ini Slankers dan suami dari sahabat saya -Zuka-, temen di
Sheilagank. Sampai di MICC, sedikit heran karena suasananya sepi. Ada sih orang-orang yang lagi pada duduk-duduk di pelataran. Orang-orang dengan atribut bertuliskan Slank juga berseliweran. Tapi terbilang sepi untuk ukuran sebuah konser. Biasanya kan penonton numpuk tuh di depan gate masuk. Ini lengang-lengang saja. Stand tiket box nya juga sepi.
|
Ticket Box nya sepi |
|
Beberapa penonton yang sedang menunggu |
Acara dijadwalkan dimulai pukul 20.00 WIB. Tapi menjelang jam tersebut pun suasana masih sepi. Kurang semarak dan terkesan tak semangat. Sembari menunggu, saya ber-say hello dengan beberapa kenalan wartawan dan teman-teman pegiat sosial media, kemudian diajak bang Is buat gabung dengan anak-anak Slankers.
|
Slankers yang datang dari berbagai daerah di Sumut dan Aceh |
Sekitar setengah sembilan kami masuk gate satu dengan menunjukkan tiket dan memperlihatkan isi tas, standart pemeriksaan kalau lagi konser. Duduk-duduk lagi di pelataran. Beberapa orang tampak berfoto di wall of fame, tempat yang disediakan untuk berfoto. Sebagian duduk-duduk seperti kami dan saling berbincang. Beberapa stand produk sponsor terlihat di area pelataran. Kami ketemu lagi dengan kawan-kawan pegiat sosial media, adminnya Tauko Tembung dan Fotographi Medan dan beberapa admin sosmed lainnya. Bersama mereka, kami memasuki gate 2 yang juga dijaga security dan harus menunjukkan tiket. Gate 2 ini merupakan pintu masuk ke dalam gedung MICC. Saat masuk disini, security mengecek jenis tiket dan memberi arahan pintu masuk ke ruangan. Nah kalau disini yang ada stand-nya Reog & Roll. Isinya marchendise seperti T-Shirt, topi dll.
|
Yang mau narsis bareng personil Slank bisa disini |
|
Penunjuk arah untuk Festival 2 |
Ada sekitar setengah jam kami disini sebelum memutuskan masuk ke area festival 2. Bukannya bandel nggak mau masuk. Tapi mau masuk juga belum ada apa-apa. Masih kosong melompong. Mulai deh saya kasak-kusuk ngedumel. Sejam lebih sudah ngaretnya dari jadwal, belum ada tanda-tanda pertunjukkan akan dimulai. Sekedar penampilan pembuka atau apalah sebelum artis utamanya nampil, bukankah begitu biasanya acara konser-konser, setidaknya jadi tidak bosan menunggu.
Pukul 21:20 WIB kami masuk ke gate 3 yang merupakan pintu masuk ke ruangan pertunjukkan. Disini lagi-lagi ada pemeriksaan tiket dan isi tas. Kali ini sebotol air mineral dan sebotol softdrink harus ditinggalkan di kardus yang disediakan panitia. Bergabung dengan barang-barang sitaan sementara lainnya. Nanti saat pulang boleh diambil lagi. Tapi herannya mereka tidak memberi secarik kertas atau apalah untuk tanda kepemilikan barang *pernah di konser sejenis, barang sitaan kita ditempelin secarik kertas bernomor yang sama dengan kertas yang diberikan ke kita. Menghindari agar tidak tertukar*. Ini hal kecil yang sepele tapi efektif memberikan point plus di mata pengunjung jika panitia mau melakukan. Kita pun nggak harus khawatir barang kita bakal tertukar walaupun cuma sebotol air mineral *apalagi kalau bawa air dari rumah dengan botol merek tertentu yang harganya lumayan*.
Beberapa orang duduk menyandar ke tembok ruangan. Terlihat timpang antara ruangan dan jumlah orang di dalamnya. Apalagi di area VIP dan VVIP di depan, kosong meeen. Kami melantai. Saya selonjoran. Temen malah ada yang tiduran, katanya pegel dan capek badannya karena dari sore udah di lokasi. Beughhh…
|
Area Festival 2, pada lesehan nunggu acara dimulai |
Tak berselang lama, tiba-tiba penonton di festival 2 disuruh maju ke depan. Awalnya diarahkan ke area tengah yang tanpa tempat duduk. Tapi kemudian sebagian diarahkan ke kursi VIP dan VVIP di sisi kiri dan kanan yang memang masih kosong. Kami memutuskan ke area VVIP biar bisa duduk *sebenarnya konser band, apalagi Slank ini asiknya berdiri dan ikutan jingkrak-jingkrak. Tapi malam itu saya pengen jadi penonton manis yang duduk dan hanya sekedar goyang-goyang kaki saja hehhehe*. Para Slankers yang kebanyakan cowok itu tentunya milih di area tengah. Spanduk berlogo Slank pun tampak mereka bawa.
Pukul 21:58 WIB akhirnya pertunjukkan dibuka dengan musik dan tarian Batak yang disambut dengan teriakan penonton. Yeaayyy… sampai lupa cerita. Jadi Slank Reog & Roll ini diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Acaranya berupa pertunjukkan Slank dikolaborasikan dengan kesenian berupa lagu dan tarian tradisional dari beberapa daerah di Indonesia.
|
Tarian Batak sebagai pembukaan |
Penari Batak masuk ke belakang panggung, musik pun berganti. Reog dan beberapa penari pun tampil. Jujur saya excited. Soalnya baru kali ini melihat reog langsung. Biasanya cuma lihat di tv. Saking excitednya saya pun maju ke depan untuk bisa memfoto dan menyaksikannya dengan lebih jelas. Bergabung dengan para wartawan dan fotographer walaupun cuma ngandelin kamera handphone.
|
pertamakalinya liat reog secara langsung ya disini |
Reog masuk ke belakang panggung. Tiga layar besar di panggung menampilkan seorang pria bermonolog dan mempraktekkan yang diucapkannya dengan alat bantu seadanya seperti sapu, baskom dll. Monolog yang berirama. Saya kurang tau apa istilahnya. Tapi saya tau ini khas Aceh.
Layar redup, monolog berganti senyap, kemudian Reog muncul lagi dengan Kaka *taukan Kaka itu siapa?* berada di atasnya. Sorak sorai para Slankers pun terdengar, menyambut kehadiran idola mereka di atas panggung. Panggung pun riuh oleh musik Slank dan suara sang vokalis. Saya masih tetap takjub dengan si pemain reog. Reognya saja sudah pasti berat. Eh ditambah lagi Kaka yang walaupun nggak ndut seperti saya tapi pasti lumayan dong bebannya.
|
Monolog khas Aceh yang menghibur namun tetap mengandung pesan nasionalis |
|
Kaka keluar naik reog, sayang nggak sempat kejepret kamera saya |
Beberapa lagu saya lewatkan dengan posisi tepat di depan panggung, jadi bisa melihat semua personil Slank dengan sangat jelas, terutama sang vokalis. Coba kalau nonton
SO7 bisa sedekat dan sebebas ini. Secara kalau nonton SO7 pasti desak-desakkan. Kalaupun dapat di depan tetap saja desak-desakkan *eh tapi bukannya memang serunya nonton konser itu ya gitu ya kan*. Hmm.. kok malah ngomongin SO7.
|
Eits... ini bukan demo loh, ini histeria para Slankers |
Entah di lagu yang ke berapa, security menghimbau kami untuk duduk karena menurutnya kami menghalangi pandangan penonton di belakang. Saya sih sebenarnya nggak merasa menutupi pandangan penonton yang duduk di kursi ya. Karena posisi saya berdiri di depan para Slankers yang juga berdiri nontonnya. Dan postur tubuh saya juga tidak tinggi. Saya malah nyender di besi pembatas penonton. Jadi para Slankers pun tetap bisa nonton bebas. Saya mau protes, tapi ya sudahlah, demi ketertiban. Lagian tadi niatnya ke depan cuma karena mau ambil gambar reog yang walaupun diambil dari jarak dekat tetap saja hasilnya berantakan karena lightingnya yang wow dan handphone saya yang memiliki fitur standart.
Kami kembali duduk di bangku VVIP. Setelah duduk barulah tau siapa yang menghalangi pandangan. Ho..ho..ho, pak security nya kurang jeli. Harusnya yang ditegur itu abang-abang yang ngumpul dengan baju bertuliskan ‘crew’ itu. Mereka berdiri tepat di sebelah area para Slankers itu. Teman yang sedari tadi duduk pun ngedumel karena abang-abang berbaju tulisan ‘crew’ itu. Saya pun turut menyayangkan sih. Gini-gini saya juga pernah nge-EO. Pernah ngundang seleb yang lagi hits dan penontonnya teriak-teriak histeris *cieee.. sombong, padahal EO abal-abal juga hiihiiii*. Tapi biar kata sekarang EO saya nggak jalan *Nggak jalan bukan karena nggak laku ya, catet hahahaa… kemarin mandek karena personilnya udah pada sibuk ngejar karir masing-masing dan pada keluar Medan*. Pengalaman nge-EO yang abal-abal itu ngasih pembelajaran buat saya. Kalau menurut saya sih, boleh-boleh saja crew ikut menikmati pertunjukkan. Tapi ya itu jika suasana acara sudah kondusif. Dan pastinya nggak di depan dan ngeganggu penonton juga. Mungkin bisa di posisi paling belakang sambil tetap standby mengawasi para penonton ataupun jalannya pertunjukkan manatau ada yang salah atau memerlukan penanganan. Lagian di depan itu kan sudah ada security toh. Mereka crew ngapain berdiri ngumpul disitu coba. Kan ngenganggu pandangan penonton. Oke lah kami-kami ini memang bukan penonton VVIP yang seharusnya, tapi tetap saja buat EO kenyamanan dan keamanan penonton itu harusnya nomor satu, ya kan.. ya kan.. *tunjuk tangan yang setuju sama saya*
|
Kelihatan nggak tulisan crew-nya? itu mereka ngumpul disitu, sementara kitanya di belakang. |
Oke, balik lagi ke Kaka dkk. Selama dua jam penonton dihibur oleh lagu-lagu Slank yang liriknya tak melulu tentang cinta, tapi juga kritik sosial. Lagu-lagu yang kritis inilah yang menurut saya membuat Slank cocok menjadi pengisi acara malam itu. Selain Slank, setidaknya ada empat seniman lain yang tampil membawakan alat musik tradisional, Kendang Sunda, Gondang Batak, Sasando dari Rote, dan alat musik dari Kalimantan *saya lupa namanya*. Ada tarian Batak, Reog, dan tarian dari Papua. Lagu daerah Yamko Rambe Yamko, Lisoi, dan beberapa lagu nasional juga dibawakan Slank malam itu. Tak ketinggalan monolog dari Aceh yang ditampilkan sebanyak tiga kali yang sukses membuat penonton tergelak namun tetap mengandung pesan nasionalisme.
|
Bimbim nyanyi diiringi musik dari alat musik tradisional Rote dan Kalimantan |
Di sela-sela pertunjukkan, Kaka dan Bimbim sesekali menyapa penonton dengan bahasa yang nyeplos dan apa adanya.
“Gimana narkoba di Medan?! Masih ada yang pakai narkoba di Medan?!”
Tanya Bimbim yang disambut dengan lambaian tangan semakna gelengan kepala oleh para Slankers.
“Kalau ada yang pakai narkoba di Medan. Siapapun, teman atapun sodara lo, bawa ke Potlot. Kita bakal rehab di Potlot, gratis!” tambah Bimbim.
Secara seni pertunjukkan, acara ini keren meski tidak ada hal yang terlalu ‘wah’ yang ditampilkan Slank menurut saya. Ini pertama kali saya nonton langsung Slank, dan suara Kaka tetap enak dinikmati secara live. Sepanjang pertunjukkan, meski lagu-lagu Slank banyak yang ‘berisik’ dan Kaka cukup aktif bergerak kesana-kemari, tapi suaranya tetap terjaga. Saya justru mengacungkan jempol untuk konsep Slank Reog & Roll. Menyisipkan kesenian tradisional di pertunjukkan musik selera anak muda menurut saya merupakan cara yang keren dalam usaha mempromosikan kesenian tradisional di kalangan anak muda. Saya membayangkan seandainya pertunjukkan ini hanya menampilkan kesenian tradisional semata, mungkin yang datang akan jauh lebih sedikit dan hanya terbatas mereka yang benar-benar tertarik dengan kesenian tradisional. Dan mungkin hanya para orang tua, mengingat saat ini minat anak muda terhadap kesenian daerah sangatlah minim.
|
Melihat bendera merah putih berkibar-kibar gitu, jadi timbul jiwa nasionalisme saya :D |
Secara konsep, saya memang mengacungkan jempol kepada Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Tapi acara bagus ini kok ya sayang sekali penontonnya sedikit. Padahal kan Slankers itu bejibun. Padahal pesan yang ingin disampaikan juga bagus. Dimana missed-nya?! Jika boleh mengkritisi, eksekusi di lapangan yang masih perlu perbaikan di sana-sini. Misalnya saja tentang jadwal yang molor hingga dua jam. Entah memang pengisi acaranya yang belum siap, atau penontonnya yang tidak ada sehingga panitia mengulur waktu dan berharap ada keajaiban penonton akan membludak di detik-detik terakhir. Tapi ada dan tidak ada penonton, show must go on kan. Justru kalau sesuai jadwal walaupun penonton masih sepi itu justru sebuah gebrakan menurut saya, mengedukasi penonton buat on time. Revolusi mental, gitu sih katanya hehhee!! Dua jam molor dengan panggung kosong melompong itu membosankan mamen, masih mending kalau ada MC yang buat games dan quiz dengan hadiah yang tak perlu mahal tapi cukup menghibur untuk membunuh waktu.
|
Penonton di kursi VVIP |
Selain waktu yang molor, promo acara juga tak begitu terdengar gaungnya. Jadwal di slank.com memang sudah dipublish sejak sebulan sebelum acara, namun di Medan sendiri justru lebih lambat dan kurang gaung. Mungkin panitia sudah terlalu pede dengan fans Slank yang memang tak diragukan banyaknya. Tapi mereka lupa kalau Slank biasanya konser outdoor dengan harga tiket yang jauh lebih murah dari yang dipatok Slank Reog & Roll (VVIP : 600K, VIP : 500K, Festival 2 : 300K, Festival 1 : 200K)
|
Beginilah penampakan tiketnya |
Menurut bang Is, harga tiketnya kemahalan dan tak sesuai kantong Slankers yang biasa nonton outdoor dan tiket terjangkau. Kalau menurut saya, tidak hanya untuk para Slankers, untuk kalangan anak muda fans band-band lain ini juga harga tersebut cukup mahal. Kecuali jika memang panitia membidik audiens tertentu yang menurut mereka sanggup membeli harga segitu. Tapi jika memang demikian, tetap saja mereka kurang promo dan kenyataannya yang datang kebanyakan adalah mereka yang membeli tiket paling murah. Dan, jika dilihat dari pengisi acara serta tempat acara digelar, harga tersebut cukup reasonable. Dan lagi, jika memang ini program kementerian dan tujuannya untuk campaign mengajak anak muda Indonesia untuk mencintai kesenian daerah, kenapa tidak digratiskan saja. Atau kalaupun bayar, buatlah harga tiket yang terjangkau *apalagi dengan kondisi perekonomian saat ini, you know what I mean lah ya. Masyarakat butuh hiburan yang berbobot namun tetap terjangkau harga tiketnya*. Waktu pertunjukkan juga harus diperhatikan. Tanggal dan hari sangatlah penting. Ini berkaitan dengan kondisi keuangan penonton dan waktu luang mereka. Konser Reog & Roll diadakan pada 11 Oktober 2015, Minggu malam. Artinya besoknya adalah hari kerja. Ini pasti menjadi pertimbangan tersendiri bagi mereka yang di luar Medan namun ingin nonton.
Oya, saya sebenarnya juga kurang tau apa campaign utama Slank Reog & Roll ini. Jika lah memang untuk mengajak anak muda lebih mencintai budaya sendiri, mungkin akan lebih kece lagi kalau Slank-nya juga menggunakan atribut berbau etnik. Tak harus full. Bisa sekedar aksesoris. Misalnya sang gitaris yang malam itu menggunakan topi, topinya mungkin bisa diberi sentuhan disain motif khas salah satu suku di Indonesia. Atau penyanggah mike sang vokalis yang diikat beberapa syal, mungkin bisa juga mengikatkan ulos kecil disitu. Biasanya kan fans akan meniru gaya dan apa yang dikenakan idolanya.
Ehem… perasaan kok saya sok kritikus banget ya di postingan ini. Intinya sih saya bukannya mau menggurui karena sesunggunya pengetahuan saya masih sangat minim tentang manajemen EO. Postingan ini sejujurnya justru bentuk apresiasi saya terhadap Kementerian Pariwisata Republik Indonesia atas event ini. Karena saya ingin di tahun-tahun mendatang tetap ada event sejenis namun dengan eksekusi yang lebih baik lagi. Karena seperti yang saya katakan sebelumnya, sayang rasanya jika ada acara dengan konsep bagus namun kurang penonton hanya karena minim promosi dan kurang perhitungan disana-sini.
|
Seluruh pengisi acara tampil di atas panggung sesaat sebelum acara berakhir |
Ada yang nonton Slank Reog & Roll di Medan kemarin? Gimana menurut kalian acaranya?!
7 komentar
mungkin karena kurang sosialisasi/promosi, mba. jadi sepi. di tegal juga kalo ada event besar tapi kurang promo jadinya sepi banget. :(
BalasHapusiya mbak, saya juga baru tau setelah tulisan ini saya posting, katanya seminggu sebelum acara baru promosi. pantes aja nggak byk yg nonton :)
HapusHallo Kak Perempuan November, sebelumnya ada tulisan yang rancu dibaca, yang paragraph di bawah gambar sate, "Disana sudah ada bang Is yang sudah menunggu. Bang Is ini Slankers dan suaminya Zuka, ..." abang-abang punya suami???
BalasHapusSayang banget yah sepi, mungkin emang mahal harga tiketnya dan seperti kata Mba Ila, kurang promosi..
hallo kak Rin, thanks sudah mengoreksi. nanti kalau ketemu laptop bakal cek-ricek lagi. maksud kalimat tersebut itu, bang itu slankers. trus bang is itu suaminya temen aku. temen aku namanya zuka. zuka itu perempuan. jadi bang is suaminya si zuka. mmm... ambigu ya kalimatnya, nanti aku coba pikirin kata-kata yang lebih pas. sekali lagi thanks udah diperhatiin ya kaka :)
Hapusya, sepertinya memang karena tiket yang mahal dan promosi yang kurang makanya konsernya sepi :)
Bukan promosi masalahnya,,,,tapi lebih ke harga tiket.liat aja kalo di outdoor ataupun indoor,kalo harga tiketnya realistis untuk para slanker,pasti rame kok....pengalaman saya di Bali kalau Slank tampil Indoor,(Hard Rock Cafe/Bosche) harga tiket ngga sampai 200K,tu Slanker pada bjibuun ngumpul padat merayap ampe macet..,tapi kalo ni konser yg paling murah aja harga tiketnya sampe 200K, sory buat Mas bim2 dkk...sesuai dengan lirik lagu-lagu kalian...."SEDERHANA","INDONESIAKAN UNA"....
BalasHapushehhee.. ya mungkin disitu panitianya kurang jeli ya :)
HapusBukan promosi masalahnya,,,,tapi lebih ke harga tiket.liat aja kalo di outdoor ataupun indoor,kalo harga tiketnya realistis untuk para slanker,pasti rame kok....pengalaman saya di Bali kalau Slank tampil Indoor,(Hard Rock Cafe/Bosche) harga tiket ngga sampai 200K,tu Slanker pada bjibuun ngumpul padat merayap ampe macet..,tapi kalo ni konser yg paling murah aja harga tiketnya sampe 200K, sory buat Mas bim2 dkk...sesuai dengan lirik lagu-lagu kalian...."SEDERHANA","INDONESIAKAN UNA"....
BalasHapus