Foto : Perempuan November |
Selepas Ayah Pergi /1/
: Kepada Mamak
Mak, terimalah maafku dalam kata
Sujudku dalam lisan
Aku tak selihai ia tuk membuatmu tertawa
Bahkan segaris senyum pun teramat susah
Aku tahu Mak, sebisa mungkin kau sembunyikan duka
Dan aku sekuat tenaga membuatmu terlepas dari lara
Tapi pada satu titik aku paham, Mak
Kau tak bisa sembunyikan nestapamu dengan sempurna
Dan aku tak cukup sanggup menghadiahimu bahagia yang tanpa cela.
Kamar ke-7, 19 Sept’13
Selepas Ayaha Pergi /2/
: Kepada Mamak
Marilah kita bergegas, Mak
Perjalanan ini harus tetap dilanjutkan
Tersenyumlah untuk ia yang telah mencapai garish finish perjuangan
Tersenyumlah karena ia telah memberi kita warna begitu indah dalam lembar kehidupan
Mak, jangan biarkan warna itu memudar karena ratapan atas kepergiannya.
Kamar ke-7, 19 Sept’13
Selepas Ayaha Pergi /3/
: Kepada Mamak
Mak, tolong jangan buat hatiku kian patah
Ketiadaan sosok Ayah membuatku serasa pincang
Jangan buatku menjadi lumpuh karena tangismu
Mak, berkuat dirilah.
Kamar ke-7, 19 Sept’13
Selepas Ayaha Pergi /4/
: Kepada Mamak
Mak, haruskah aku menggugat Tuhan karena mengambil ia yang kita cinta?
Tapi bukankah ia mengajarkan kita bagaimana cara bertuhan?
Termasuk mengajarkan bagaimana menyikapi kehilangan.
Kamar ke-7, 19 Sept’13
NB : Dimuat di Analisa, 10 Juni 2015
Tags:
PUBLISH MEDIA PUISI
1 komentar
Mbak :')
BalasHapus