SUATU PAGI DI BALIGE
“Mau kemana kau?”
“Bali.”
“Wah keren,
oleh-olehnya jangan lupa ya.”
“Iya, Balige.”
Balige, saya sering
mendengar kota ini disebut orang dalam candaan seperti percakapan di atas.
Mungkin maksud candaannya itu, sebelum bisa ke Bali, minimal ke Balige dulu pun
tak apalah hehheee…
Meski sering mendengar,
namun jujur saya tidak tahu dimana tepatnya letak kota Balige itu. saya tahunya
Balige adalah salah satu nama daerah di Sumatera Utara. Dimana pastinya? Saya
tidak tahu, dan tidak berusaha mencari tahu :D
Akhir September
kemarin, saya ada perjalanan kerja ke Bakkara (Humbang Hasundutan), kami pulang
ke Medan dengan rute memutar, melewati Balige, Porsea, Parapat, Pematangsiantar
lalu sampailah di Medan. Karena banyak yang dikunjungi di Bakkara, jadwal
pulang pun mundur. Kami bergerak dari Bakkara yang berada di pinggiran danau
toba itu dalam keadaan hujan deras di malam hari.
Awalnya saya senang
saja waktu pak bos bilang kami pulang dengan rute seperti yang saya sebutkan
tadi, artinya pemandangan yang kami lihat berubah dari rute saat berangkat
(kami berangkat melalui rute Medan-Berastagi-Kabanjahe-Sidikalang-Dolok Sanggul-Bakkara). Lagipula saya memang belum pernah melewati rute ini, jadi
sekalian biar tahu. Tapi karena saat itu malam, ya percuma, apa yang mau dilihat
wong gelap. Jadilah saya memilih tidur di dalam mobil.
Saya terbangun saat
mobil menepi sekitar pukul sepuluh malam. Ternyata pak bos sedang ke ATM.
Disitulah saya tahu kalau kami sedang berada di kota Balige. Berhubung lapar,
kami pun memutuskan untuk mencari warung makan. Oya, sebelumnya pak bos sudah
bilang ke bang Danu –driver-, kalau misalnya dia lelah, jagan dipaksakan, kita
cari saja penginapan di Balige dan menginap disini, besok baru melanjutkan
perjalanan ke Medan.
Usai makan, kami
memutar arah, melewati jalan yang sudah kami lewati. Pak bos dapat informasi
ada hotel baru di kota Balige, namanya Mutiara Hotel Balige. Nah ternyata si
Robby dan bang Danu sudah melihat plang hotel tersebut sebelumnya, jadilah kami
putar arah.
Pukul sebelas kami sampai
hotel, pak bos turun untuk check kamar hotel, kami di dalam mobil saja. Tak
berapa lama pak bos kembali ke mobil dan bilang kalau kamarnya bagus, jadi kita
nginap saja satu malam disini. Heuu.. cocok sekali, jadi besok saya bisa
ngintip-ngintip sedikit seperti apa kota Balige ini.
Lagi-lagi saya di kamar
sendirian. Robby dengan bang Danu, pak bos tentu saja dengan buk bos hehehee.
Seperti biasa, saat
pertama masuk kamar hotel, saya check sana sini dulu. Kamar yang saya inapi ini
sepertinya memang diperuntukkan untuk satu orang. Soalnya hanya ada satu bed
dan ukurannya menurut saya terlalu kecil untuk dua orang. Dengan perabotan yang
terlihat masih baru dan modern, secara keseluruhan, kamar ini memenuhi standart
hotel menurut saya. Ada TV berukuran 14”, kamar mandinya juga bagus. Untuk
kunci masih menggunakan kunci konvensional, belum menggunakan card. Nah,
paginya kan saya ngelongok ke kamarnya Robby n bang Danu, kamarnya lebih gede n
luas lagi dari kamar saya yang pas-pasan.
Kamar tempat saya menginap |
Paginya, saya terlonjak
saat bangun dan mengecek hape. Ternyata pak bos sms, katanya kami diundang
bersepeda, kumpul di bawah jam 7. Lha itu udah jam tuju kurang sepuluh.
Heloooo…. Langsung deh lempar selimut, ngacir ke kamar mandi, cuci muka (karena
katanya bersepeda, pasti kan bakal berkeringat tuh, jadi mandinya ntar aja
kalau udah balik ke hotel. Lagian nggak sempat lagi kalau mandi). Nah, yang
bikin saya sedikit bengong adalah : tinggal tersisa satu baju bersih.
Selebihnya kotor dan lusuh. Itu baju masih bersih juga karena saya bawa baju
cadangan sebiji, jaga-jaga manatau jadwal pulangnya molor (dan ternyata benar
molor). Kalau itu baju saya pakai, ntar bau dong, kan saya belum mandi, trus
ntar kan keringetan.
Karena udah keburu
waktu, saya samber aja tuh baju kemarin yang lusuhnya minta ampun (saya
uwel-uwel di tas, nggak pake acara dilipat :D ). Semprot cologne
sebanyak-banyaknya. Aroma bolehlah disamarkan, cuma lusuhnya ini yang keliatan
banget. Ah, whatever lah, who’s care about my fashion ziahahhahaa..
Nyampe di bawah, pak bos
udah ngobrol-ngobrol ama seorang pria. Dan.. mereka udah pada kinclong meeen…
pasti deh pada mandi dulu tadi. Saya pun langsung dikenalkan dengan pria
tersebut. Namanya Sebastian Hutabarat, fotographer sekaligus salah satu owner
Mutiara Hotel. Saya berkesimpulan demikian karena tadi malam saya sempat lihat
tanda tangan pak Sebastian di sebuah tulisan yang terpajang di ruang
receptionist. Jadi sepertinya ini adalah hotel yang dibangun secara patungan
antara pak Sebastian dan kakak/abang/adiknya. Di tulisan itu dijelaskan kalau
ini hotel dibangun dan didedikasikan untuk ibunda mereka tercinta “Mutiara br
Napitupulu” yang sudah susah payah mengurus anaknya sejak kecil yang berjumlah
sembilan orang (ayah mereka sudah meninggal. Woaahh… saya jadi teringat impian-impian
saya buat ibu saya, semoga Tuhan mengijinkan saya untuk mewujudkannya, amin). Nah,
pak Sebastian inilah yang mengundang kami untuk bersepeda.
Usai bincang-bincang
setelah sarapan pagi, kami pun bersiap-siap dengan sepeda masing-masing yang
sudah disiapkan pak Sebastian. Kami berempat : saya, Robby, pak Bos, dan pak
Sebastian sudah mengambil garis start (kayak lomba aja ya hehhhee..). Berhubung
buk bos baru operasi, jadi naik mobil bersama istrinya pak Sebastian, mengikuti
kami dari belakang.
sebelum dimulai, pemanasan dulu |
Kami start dari Mutiara
Balige Hotel, ke arah belakang yang merupakan pinggiran danau toba (kemarin
cuaca berkabut, kalau tidak pasti keren, dari hotel langsung kelihatan danau
toba di depan mata).
Melewati rumah-rumah
penduduk dengan aktifitas paginya. Karena terlalu asik memperhatikan kanan
kiri, saya jadi selalu tertinggal dari yang lainnya. Kami melewati lapangan
Sisingamangaraja, tempat pesta pernikahan Judika dan Duma Riris (penting nggak sih
info ini :D ). Pak Sebastian ini termasuk ramah dan cukup dikenal oleh
masyarakat yang rumahnya kami lewati. Soalnya beberapa kali ia menyapa dan
disapa dengan hangat oleh orang-orang yang kami temui.
Mata saya langsung
kinclong saat melihat hamparan padi yang menguning, canteeeek…!! Langsung deh
pengen futo-futo. Tapi kata pak Sebastian, nanti ada tempat yang lebih bagus
untuk photo-photo. Baiklah, tapi tetap saya suruh Robby memencet tombol kamera
beberapa kali hehehe..
Tak jauh dari sawah
yang menguning itu, terdapat sebuah simpang tiga, kami ambil jalan ke sebelah
kiri, di sanalah akses masuk ke pantai Sibul-bul Nauli yang menjadi tujuan kami
bersepeda pagi ini.
Pantai Sibul-bul Nauli
adalah sebuah pantai di pinggiran danau toba dengan karakter pasirnya yang
berwarnah putih. Duduk-duduk sebentar di pantai ini sambil berbincang-bincang
tentang potensi pariwisatanya. Untuk pemandangan, berhubung kemarin kabut, jadi
saya tak bisa menceritakan banyak. Tapi yang pasti, jika penduduk setempat
ataupun pengelola tempat ini lebih memperhatikan kebersihan, pastilah pantai
ini akan mampu menarik wisatawan. Terdapat beberapa tempat duduk semen, jika
dibuat lebih etnik lagi pasti lebih menarik. Jadi terlihat identitasnya.
Dari pantai Sibul-bul
Nauli, kami bergerak ke perkampungan di dekat pantai tersebut. Yang menarik,
sebagian rumah-rumah penduduk ini masih berbentuk rumah adat batak Toba. Tak
jauh dari perkampungan itu, sawah-sawah dengan pemandangan perbukitan di
kejauhan membuat siapa saja yang melihatnya rindu akan kampung halaman (saya
salah satunya yang merasakan hal tersebut :D). Wah, cocok nih jika dikembangkan
dengan konsep wisata budaya sekaligus wisata sosial.
Dari sini, kami tidak
bersepeda lagi. Kami bergabung dengan buk bos dan buk Sebastian, melintasi
persawahan dengan menggunakan mobil dan melanjutkan mengelilingi kota Balige.
Pagi yang manis di
Balige. Saya suka dengan sawah-sawahnya, bentuk bangunan pajak/pasar nya yang
berbentuk rumah adat batak Toba, disain gereja ina (gereja ibu, dikhususkan
untuk ibu dan anak). Dalam perjalanan kembali ke Medan, kami menyempatkan untuk
singgah sejenak, mengitari Institut Teknologi Del yang bersih dan keren itu.
Masih sekelumit yang
saya tahu tentang Balige, lain kesempatan, semoga bisa kembali datang dan
mengenal lebih dekat kota ini.
NB : Photos by Perempuan November & Laki-laki Hujan
NB : Photos by Perempuan November & Laki-laki Hujan
Tags:
WISATA INDONESIAKU
0 komentar