NASI SATE MATANG C” MUN, SATE KHAS KOTA MATANG
Pertama
kali tahu jenis sate yang satu ini di acaranya Festival Jajanan Bango. Waktu
itu saya penasaran dengan namanya Nasi Sate Matang C” Mun. Maksudnya gimana?
Sate pake nasi, nggak pake lontong gituh? Kalo itu sih saya sudah pernah makan
waktu di Bali. Trus matang maksudnya gimana, emangnya selama ini sate-sate yang
lain itu nggak matang?
Karena
penasaran, saya pun memesan satu. Tapi waktu itu satenya sedang habis dan
sedang diambil lagi di rumah si penjual. Banyak juga yang ngantri. Karena si
penjual yang belakangan saya tahu namanya cek Mun mengatakan kalau yang ngambil
satenya sebentar lagi sampai, jadinya saya memutuskan menunggu.
Ternyata
lama juga booook. Padahal saya buru-buru karena ada agenda lain saat itu.
Ketika akhirnya sate yang saya pesan datang, saya pun menyantapnya dengan
terburu-buru. Satenya disajikan dengan nasi dan kuah sop. Oooh.. kalau ini saya
sudah pernah makan. Tapi penjualnya beda, dan rasa satenya memang enak sih
hehhee..
Beberapa
minggu setelah itu, saya datang ke salah satu cabang Nasi Sate Matang C” Mun di
warkop Kurnia, samping loket Pelangi, Jl Gagak Hitam (Ring Road) Medan.
Tempatnya sederhana, hanya dengan gerobak di pinggir jalan dan bebapa kursi dan
meja plastik untuk pembeli. Tapi sepanjang saya disana, cukup banyak yang
membeli. Ada ratusan tusuk satu memenuhi baskom pada gerobak berukuran sedang
tersebut. Di sebelahnya mengepul asap dari panggangan bertusuk-tusuk sate
berdaging tebal yang aromanya sungguh menggoda.
Yang
unik dan menjadi ciri khas sate cek Mun adalah bunyi ‘gedebam’ yang merupakan
suara botol kecap dibanting setelah sang penjual menuangkan kecap ke sambal
kacang untuk kuah sate.
“Itu
memang khasnya kita. Orang yang sudah sering beli sudah tahu, tapi yang baru
pertama pasti kaget dan heran, dikira sedang marah, padahal tidak,” ungkap
Iful, salah satu karyawan Nasi Sate C” Mun.
Nasi
Sate Matang C” Mun adalah jenis sate khas dari kota Matang Glumpang Duwa,
Bireuen – Aceh. Nah, matang yang dimaksud di kalimat : Nasi Sate Matang C” Mun
itu bukanlah nasi yang sudah matang/masak, melainkan nama kota asal dari sate
tersebut. Penjualnya, Maimun yang akrab disapa cek Mun mengaku sengaja membuka
usaha ini untuk memperkenalkan melestarikan kuliner khas kota Matang.
Penyajian
Sate Matang berbeda dengan sate kebanyakan. Biasanya sate disajikan dengan
lontong dan kuah bumbu Padang ataupun bumbu kacang khas Madura. Nasi Sate
Matang C” Mun disajikan dengan nasi, bumbu kacang, dan sup.
Keunikan
lain sate Matang adalah cara pembuatannya, dimana daging sate tidak direbus
terlebih dahulu, melainkan diberi bumbu-bumbu alami dan tradisional.
Bumbu-bumbu alami inilah yang berproses dan membuat daging menjadi matang meski
tidak direbus. Wah, sama seperti Naniura dong, makanan khas Batak ini juga
tidak melalui proses dimasak, hanya dengan dibumbui dengan bahan-bahan alami.
Pemanggangan sate juga tak memerlukan waktu lama, cukup dua menit saja dan sate
sudah bisa dinikmati. Jadi pembeli tidak perlu menunggu lama, kecuali banyak
pembeli ya hehee.
Saya
memesan satu porsi dengan sepuluh tusuk sate, nasi, dan sup. Hmm… benar-benar
enak dan kaya rasa. Daging satenya pulen dengan bumbu yang meresap hingga ke
daging paling dalam. Daging satenya juga benar-benar daging, tidak dicampur
dengan lemak (daging kenyal yang susah dikunyah itu, biasa saya dapati di sate
yang saya beli di daerah jalan serdang). Saya mencoba menikmati setusuk sate
tanpa dicampur bumbu kacang ataupun sup, rasanya tetap maknyus loh, menggoyang
lidah deh pokoknya hehe..
Setiap
hari, Nasi Sate Matang C” Mun buka dari jam tiga sore hingga jam satu pagi. Tak
ada patokan porsi, pembeli bebas menentukan berapa tusuk sate yang ingin
dipesan, barulah harga ditentukan sesuai jumlah. Per tusuk sate diharga dua
ribu lima ratus.
Yang
penggemar sate, wajib coba nasi sate c” Mun ya :)
Photos by Perempuan November
Tags:
WISATA KULINER
4 komentar
Wisata kuliner ke berbagai daerah emang menyenangkan ya..... saya salah satu pecinta sate... kpn2 kalo ke sana pengen nyoba in.
BalasHapushehhehee... iya mbak, tinggal dimana emang mbak?
Hapuswah, belum pernah nyoba nih, kayaknya enak
BalasHapusayook main ke medan Bu, biar bisa nyobain, enaaak :)
Hapus