APA KABAR KAMU
apa kabar, kamu? |
Apa kabar kamu,
laki-laki yang pertama kali mampu masuk ke ruang hatiku. Yang mampu
menggetarkan hati dan mengacaukan pikiranku. Kamu baik-baik saja kan? Sudah sangat
lama waktu itu berlalu. Waktu dimana kau rutin mengunjungiku dan menghadiahiku
senyum penuh rindu. Waktu dimana aku kerap melihat mimik wajahmu yang selalu
sukses membuatku tertawa.
Ah, kita masih anak
manis kala itu. Meski sadar jalan di depan akan sulit untuk kita, aku selalu
mengabaikan semua pikiran yang sesekali melintas di kepalaku kala itu. Kita
masih terlalu muda, jalan di depan masih panjang, abaikan saja perbedaan itu
dan nikmatilah persamaan rasa antara kita, begitulah selalu bisik hatiku.
Dan, bom waktu itu pun
meledak, dunia menuntut otak kecilku untuk berpikir dewasa dan berdasarkan
logika. Kau mencoba menahanku kala itu, tapi aku tetap pada keputusan itu meski
akhirnya aku pun tak kalah terluka olehnya. Ya, aku terluka. Rasanya begitu
berat harus melepasmu saat aku sendiri tau kita memiliki getar yang sama. Ah,
aku sungguh tak tau apa yang harus aku lakukan. Bagaimana cara melupakanmu
sedang semua yang pernah terjalin begitu manis. Bagaimana aku bisa membencimu
sedang aku tak punya alasan untuk itu.
Apa kabar kamu,
laki-laki yang saat itu hanya mau ‘nurut’ sama ucapan dua orang perempuan :
ibumu dan aku. Apakah kamu masih sering bertengkar dengan bapakmu? Apa kamu
masih sering minggat dari rumah? Ah, dulu kamu selalu minggat saat pertengkaran
dengan bapakmu tak terelakkan. Tapi kamu selalu memberitahuku kemana kamu
pergi. Dan selalu kembali ke rumah saat aku meminta. Berdamailah dengan bapak,
bagaimanapun dia sudah cukup baik membiarkan hubungan kita tanpa diketahui
ibumu. Jangan minggat lagi ya, kasihan ibu, bukankah cuma kamu yang dimilikinya
selain bapak yang sudah tak memperhatikannya lagi.
Apa kabar kamu,
laki-laki yang tau bagaimana mencintaiku hingga aku pun jatuh hati. Apa kamu
masih suka lomba balap liar? Aku masih suka tersenyum sendiri waktu mengingat
kamu rela berhenti balap liar atas permintaanku, tapi kita tetap balap-balapan
di jalanan, kucing-kucingan di jalanan dengan pak polisi. Ah, aku belum bilang
ke kamu kalau cuma sama kamu aku nggak takut dibonceng motor dengan kecepatan
tinggi di jalanan umum penuh kendaraan lalu-lalang. Cuma sama kamu aku nggak
takut berada di tempat di mana kamu bisa-bisa saja ‘ngejahatin’ aku. Aku nggak
takut, karena aku tau bahwa bagi kamu, mencintai adalah menjaga dan menghormati
perempuan yang kamu cintai. Aku nggak takut waktu berkumpul dengan
teman-temanmu yang suka mabuk dan mengganggap perempuan hanya teman ‘have fun’.
Aku nggak takut karena kamu selalu menjaga kesadaranmu saat bersamaku. Aku nggak
takut karena meski orang-orang bilang kamu bandel, nyatanya kamu nggak pernah
ngajak aku untuk ikut bandel. Nyatanya kamu lebih menjaga dan menghargaiku
sebagai seorang perempuan di banding laki-laki lain yang terlihat seperti ‘laki-laki
baik-baik’. Bersamamu, aku merasa aman dan nyaman dimanapun dan kapanpun.
Sejak memilih untuk
mengakhiri kebersamaan kita, aku memutuskan semua akses yang bisa menghubungkan
kita. Kamu tau kenapa? Karena rasanya akan sangat berat bagiku jika kita masih
bisa bertegur sapa, saling melihat namun tak bisa bersama. Aku tidak cukup kuat
jika suatu saat harus berjalan dengan orang lain dan bersitatap denganmu. Atau jika
melihatmu dengan perempuan yang bukan aku.
Beberapa kali kamu
berhasil menghubungiku dan mengajak untuk memulai kembali semuanya, tapi tiap
kali kamu berhasil mendapatkan nomor ponselku, tiap kali itu juga aku mengganti
nomor ponsel dan tak memberitahu teman-teman kita yang mungkin saja akan kau
tanyai. Tiga tahun setelah perpisahan kita, kau kembali menemukanku dan nekat
menemuiku. Kita seperti mengulang adegan demi adegan masa lalu yang pernah ada.
Aku cukup surprise kala itu saat kau masih ingat segala hal tentangku, apa-apa
saja yang aku suka dan tidak suka. Kau masih mengingatnya. Dan lagi-lagi kau
mengajak untuk memulai kembali semuanya. Aku senang kala itu. Tapi di antara
kebahagiaanku, rasa takut tetap tak mampu kuhindarkan. Aku takut karena aku
tau, pada akhirnya kita tak akan bersama, dan saat itu, saat cinta sudah
semakin lekat, perpisahan akan terasa begitu menyakitkan. Lebih dari kesakitan
yang pernah kita rasakan.
Apa kabar kamu, laki-laki
pencemburu yang selalu memperhatikan gerak gerikku bahkan saat kita terpisah
jarak. Maaf jika selalu menghilang tiap kali berhasil kau temukan. Sudahkah kau
temukan perempuan yang bisa membuatmu ‘nurut’ terhadap kata-katanya. Apa kamu
kembali menemukan perempuan yang membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama. Buatku,
cukup lama rentang waktu yang kubutuhkan untuk kembali jatuh cinta. Ya,
ternyata aku salah. Kupikir aku tak akan lagi bisa jatuh hati selain denganmu. Nyatanya
aku jatuh cinta lagi. Pria itu sungguh berbeda darimu, tapi kalian sama-sama
bisa membuatku merasakan getar cinta. Apa kau cemburu? Ah, tak usahlah cemburu,
toh nyatanya aku pun tak bisa bersamanya walau saling mencinta.
Demi Tuhan yang kita
sebut dengan berbagai nama dan kita sembah dengan berbagai cara, aku tak menyesali
sebuah kenyataan bahwa kita terlahir dari rahim dua orang ibu yang berbeda
keyakinan. Dan atas nama cintaku terhadap kedua orang tuaku dan keinginanku
untuk tak menyakiti hati keduanya, aku tak menyesal sudah pergi darimu agar kau
tak menukar cintamu dengan berpindah keyakinan yang akan membuat ibumu terluka.
Sungguh, aku tak ingin cinta membuat orang yang kucintai melukai hati orang
lain yang juga dicintainya : ibunya. Aku tak ingin, demi bersama orang yang kau
cintai, kau melukai hati ibumu. Ibumu, ah… bagaimana perasaannya jika kedua lelaki
yang ia cintai melukainya. Jadi, kupilih keputusan yang kompromis untuk kisah
kita dan menyerahkan semuanya kepada Sang Raja Semesta.
Apa kabar kamu,
laki-laki yang selalu menjadi kepala gank di antara teman-temanmu namun seperti
anak kecil yang ingin selalu diperhatikan saat bersamaku. Aku menulis ini bukan
karena mengharapkan agar kau menemukanku kembali. Bukan juga karena aku tak
berhasil ‘move on’. Bukan begitu. Aku sadar, kau tak mungkin kulupakan, karena
bagaimanapun kau adalah bagian dari kisah hidupku. Aku hanya sekedar ingin
menulis tentangmu saat ini. Karena entah kenapa, setelah sekian lama kisahmu
terpendam di sudut hati dan terlupakan sejenak karena rindu pada sosok yang
lain, akhir-akhir ini ada beberapa hal yang membuatku mengingatmu. Kuharap,
kamu baik-baik saja dimanapun dan dengan siapapun kamu saat ini.
Rumah Nebula, 17 Sept'14
Photo by : Perempuan November
4 komentar
Tulisan galaunya panjang bener
BalasHapushahhahaaa.... ya gini kalau lagi galau-galau jambu :D
Hapuspasti lelaki selalu hebat di mata mu.... pasti kabarnya selalu baik-baik saja.. karena Allah yang menjaga dirinya.... :)
BalasHapus#Galau_Berat ne...
hehehheee... nggak semua laki-laki terlihat hebat di mataku bang Zey... hanya beberapa saja. yaa,, semoga Allah melindungi dia dan kita semua :)
Hapus#kalau galaunya berat, dietlah biar ringan hehheeehee...