SG SUMUT PEDULI SINABUNG
Well, sebenarnya ada banyak yang ingin saya ceritakan
tentang acara bakti sosial Sheilagank Sumut untuk korban peduli Sinabung. Tapi berhubung
saya juga sedang diburu deadline pekerjaan, jadi saya tuliskan singkat untuk
kawan-kawan bloger ya J
Minggu, 15 Desember 2013, SG Sumut (SGS) mengadakan
pertemuan bulanan di rumah bendahara SGS, Rudi. Disini kita membahas banyak
hal. Salah satunya agenda SG Sumut ke depan. Nah, berkaitan dengan gunung
Sinabung yang sedang erupsi, kita sepakat untuk menggalang dana untuk para
pengungsi Sinabung. Dan, kepanitiaan pun dibentuk : Ketua (Shafwan), Wakil
ketua (Ekoss), Humas (Fuja), kordinator acara (Suramah). Penggalangan dana
dilakukan dengan cara ngamen membawakan lagu-lagu so7.
Malam minggu, 28 Desember kita berencana buat ngamen di sekitaran
Teladan dan warkop Puri. Titik kumpul di halte di depan ITM. Sayangnya Medan
sedang musim hujan. Seharian hujan melanda kota Medan bahkan hingga malam. Namun
begitu, beberapa kawan tetap datang ke titik kumpul yang sudah ditentukan. Bahkan
ada yang bela-belain naik becak. Saya dan bang Ibenk tertahan di salah satu
tempat perbelanjaan di sekitaran Aksara. Ceritanya sorenya saya belanja
keperluan rutin. Tapi berhubung hujan, jadilah saya tertahan hingga malam. Hingga
bang Ibenk datang, hujan belum juga berhenti. Padahal hanya ada satu mantel
baju di bagasi sepeda motor.
Awalnya saya berpikir untuk pulang saja ke rumah, tak
mungkin ke titik kumpul kalo cuaca seperti ini. Tapi berhubung kawan-kawan
sebagian sudah nekat menembus hujan untuk menepati janji, saya pun sebagai
ketua tak tega untuk absen. Dan bang Ibenk pun mengaku rela berhujan-hujanan
(secara mantelnya saya yang pakai hehhee…). Kami pun nekat berangkat (waktu itu
sudah lewat jam sepuluh malam). Ola..laa.. ternyata oh ternyata, banjir
dimana-mana. Kami sudah terlanjur mengambil arah ke Teladan. Saya sangat
khawatir sepeda motor kami mati di tengah jalan, apalagi banjirnya lumayan
tinggi.
Dengan gerimis yang masih rintik-rintik, jalanan yang
tergenang air dan badan yang gigil karena kaki terendam air, plus was-was
kalau-kalau sepeda motor kami mati atau masuk ke jalanan banjirnya tinggi, kami
tetap melaju. Saya sempat meminta bank Ibenk untuk memutar arah dan pulang ke
rumah saat hujan mulai kembali deras dan sebuah mobil di depan kami hampir
tenggelam. Ia setuju untuk memutar arah. Tapi bukan pulang, melainkan mencari
jalan alternative lain yang bisa dilewati. Katanya sih tanggung kalau pulang,
sudah basah gini, ya sekalian saja. Hmm… baiklah.
Sampai di ITM, jalanan sudah sepi (ya iyalah, udah malam
gini). Kami sepakat untuk menunda acara ngamennya. Kami pun memilih sebuah
warung kopi di sekitaran jalan SM. Raja sambil membicarakan rencanan
selanjutnya. Kita pun sepakat untuk ngamen esok hari.
(Lisa -Diah-
, Erna, Tridian, Intan, Fuja, Ekoss, Nuel, Shafwan,
Ibenk)
Minggu, 29 Desember 2013
Rencana ngamen dibatalkan karena cuaca yang tidak mendukung.
Sabtu malam, 04 Januari 2014
Alhamdulillah, jadi juga ngamennya. Kita ngumpul di depan
ITM. Awalnya takut ujan lagi seperti sebelumnya. Syukurlah cerah. Kita start
dari restoran Joko Solo di dekat Taman Teladan. Lanjut ke warung-warung di
dekat tugu SM. Raja. Lalu lanjut ke kafe-kafe di sekitaran jalan H.M Joni. Alhamdulillah
dapat Rp. 276.000
(Lisa -Diah-, Erna, Auldra, Tridian, Rilly, Shafwan, Rendi Swis,
Fahmi Nst, Fuja, Fredi, Ibenk, Rudi)
Minggu, 05 Januari 2014
Kita lanjut ngamen lagi, gank. Kali ini kita ngamennya di
sekitaran Taman Teladan. Sempat dicaci-maki salah satu ama pengamen tetap
disana. Padahal kita udah bilang kalau dana yang kita dapat mau disumbangkan ke
pengungsi Sinabung. Tetap saja itu mbak-mbak nyolot. Ya udahlah, kita woles
aja, senyum aja hehheee…
Kali ini dapatnya lumayan dibanding yang tadi malam : Rp.
464.000
Alhamdulillah J
(Lisa -Diah-, Tridian, Dian, Erna, Zuka, Rudi, Ibenk, Zoe, Fredi,
Rendi Swis, Shafwan, Ipul)
Rabu Malam, 08 Januari 2014
Kawan-kawan panitia datang ke basecamp SG Sumut (yang
kebetulan adalah rumah kontrakan saya dan Auldra). Ya, bisa dibilang rapat
mendadak lah, tentang kelanjutan rencana baksos Sinabung. Kawan-kawan panitia
mengusulkan berangkat ke Sinabung pada hari Minggu, 12 Januari 2014. Saya langsung
menyampaikan kalau tanggal segitu saya tidak bisa ikut. Kebetulan tanggal 20
saya harus pulang kampung dalam waktu yang lama. Dan sebelum pulang, segala
beban pekerjaan yang seharusnya saya kerjakan dalam waktu sebulan, harus saya
selesaikan sebelum kepulangan saya. Jadilah hari minggu pun saya rencanakan
kerja (di rumah). Namun begitu, saya tidak keberatan kalau kawan-kawan mau
berangkat tanggal 12. Toh, masih ada pengurus yang lain. Tapi ternyata eh
ternyata, Auldra, Rendi Swis, Erna juga tidak bisa. Tak apalah, masih ada bang
Rudi dan Tridian yang kata Shafwan bisa datang.
(Lisa -Diah-, Auldra, Rendi Swis, Suramah, Ekoss, Shafwan)
09 Januari – 10 Januari 2014
Saya mendapat kabar kalau banyak kawan-kawan SG Sumut yang
tidak bisa ikut dengan berbagai alasan. Bahkan Tridian dan bang Rudi juga tidak
bisa ikut. Wah, tidak ada dunk yang mewakili pengurus. Bang Sur dan Safwan
memang pengurus sih. Tapi kan mereka juga panitia. Sampai disini, saya pikir
acara penyerahan bantuannya akan diundur. Sampai akhirnya ketua panitia
mengumumkan kalau rencana awal tetap dijalankan.
Sabtu, 11 Januari 2014
Sebenarnya saya senang juga kalau kawan-kawan panitia tetap
lanjut sesuai rencana. Inikan bantuan untuk bencana, memang tidak seharusnya
ditunda-tunda. Saya senang karena dari sini saya berkesimpulan kalau
kawan-kawan panitia memiliki semangat tinggi meski hanya sedikit kawan-kawan
yang bisa ikut.
Tapi saya juga was-was karena hingga siang hari mereka tak
juga ke rumah saya untuk mengambil uang hasil penggalangan dana yang akan
dibelanjakan logistik dan mainan anak-anak.
Sore hari barulah mereka datang. Pergi sebentar dan kembali
dengann satu kardus kecil berisi gula, minyak goreng, teh, loh… kok cuma ini??!
Saya sebenarnya maklum sih. Kawan-kawan juga punya aktifitas lain hingga belum
sempat belanja. Saya yakin (meski ada setitik kekhawatiran) semuanya akan beres
dan sesuai rencana.
Malam hari, barulah para pejantan tangguh ini beraksi. Mereka
berbagi tugas untuk belanja. Mengepak barang-barang. Tengah malam keluar
mencari toko yang masih buka untuk membeli keperluan yang belum terpenuhi. Sampai
jam tiga malam mereka masih terjaga. Ari yang waktu itu kerja shift malam bahkan
dibela-belain bolos kerja, Shafwan bela-belain keluar jam empat pagi ke warnet
untuk nge-print kertas berlogo Sheilagank Sumut untuk ditempel di kardus-kardus
berisi bantuan yang akan diserahkan. Dan saya, melihat mereka yang mencoba
untuk tetap semangat, akhirnya lagi-lagi saya tak tega untuk membiarkan mereka
berjalan sendiri tanpa pengurus yang ikut hadir. Saya pun memutuskan
mengabaikan sejenak pekerjaan saya dan ikut ke posko pengungsian. Saya juga
mengajak sahabat saya, Yokko untuk ikut. Maksudnya supaya ada temen ceweknya
gituh, biar ada temen ceritanya J
Minggu pagi, 12 Januari 2014
Ternyata perwakilan dari kantor bang Ekoss yang ikut ke
posko itu perempuan. Baguslah, berarti ada tida perempuannya hehhehe… oya, bang
Ekoss juga menggalang dana di kantornya, jadi Alhamdulillah jumlah dananya
bertambah. Ini rinciannya :
Ngamen ke-1 :
276.000
Ngamen ke-2 : 464.000
Kantor bg Ekoss :
1.039.000
Dll : 130.000 +
Total :
1.909.000
Uangnya kami belanjakan barang-barang yang dibutuhkan
pengungsi seperti logistik dan obat-obatan dan mainan anak-anak karena kami
berniat mengajak anak-anak pengungsian untuk bermain. Selain itu, kita juga
ngumpulin pakaian bekas layak pakai untuk dibawa ke posko.
Setelah berdo’a, kami pun bergegas untuk berangkat. Tapi ternyata
mobil yang dikemudikan bang Ekoss tidak bisa hidup. Setelah cek sana-sini,
akhirnya setelah didorong rame-rame, si mobil pun bisa jalan. Aseekk..
berangkat!!
Baru jalan sebentar, benih-benih rintangan pun terlihat
lagi. Mobil yang kami tumpangi (dikemudikan bang Ibenk), nyendat-nyendat
jalannya. Memberikan efek seperti terguncang begitu. Puncanknya ketika sudah di
jalan tol. Kami pun menghentikan mobil. Berunding sejenak. Mobil ini tidak bisa
dibawa. Tahu sendiri bagaimana kondisi jalanan ke Berastagi, menanjak dan
banyak tikungan. Kalau nekat, bisa membahayakan keselamat sendiri. Beberapa kali
kami berhenti di jalan tol karena mobilnya ngulah. Akhirnya, setelah keluar
dari pintu tol Amplas, kami pun mencari bengkel. Tapi ternyata sulit mencari
bengkel pagi-pagi dan hari minggu begini.
Akhirnya, karena tak menemukan bengkel. Kami pun kembali ke
Tembung, ke tempat kerjanya bang Ibenk. Beruntung ada satu pink up yang sedang
tidak di pakai. Jadilah kami naik pick up. Mobil yg semula kami tumpangi
ditinggal disitu. Waktu pun terus berjalan. Jam sebelas siang kami masih
berjibaku menembus kemacetan kota Medan. Padahal tadinya berangkat jam delapan
pagi. Kasihan si Fredi, sudah menunggu selama empat jam di simpang pos. sabar
ya Fredi J
Kami makan siang di warung Nusa Dua di bumi perkemahan
Sibolangit. Istirahat sejenak sambil menikmati udara segar sebelum melanjutkan
perjalanan.
Sekitar jam 2 siang kita sampai di salah satu lokasi
pengungsian di desa Lau Gumba. Disana ada 758 pengungsi. Kami pun segera
menemui kordinator pengungsi untuk menyerahkan sumbangan. Beruntung ada bang
Fuja yang bisa bahasa Karo, jadi beliaulah yang berkomunikasi dengan pihak
pengungsi.
Usai menyerahkan sumbangan, kami pun mengajak anak-anak
bermain. Mereka sangat antusias. Bahkan para orang tua pun ikut berkerumun
menyaksikan. Kurang lebih tiga jam bermain dengan mereka. Lelah, tapi senang.
Sekitar jam lima sore kami pamit pulang. Singgah sebentar di
Penatapan untuk menikmati jagung bakar dan segelas teh panas.
Saya pribadi, baru kali ini mendatangi langsung tempat
pengungsian. Biasanya cuma galang dana dan serahkan ke pihak yang terjun
langsung ke lapangan. Kali ini berdeba. Hmm.. rasanya gimana gituh ya melihat
kondisi para pengungsi. Campur aduk deh ya. Sedih, kasihan, prihatin, berbaur
jadi satu. Bahagia tak terkira saat melihat anak-anak pengungsian itu tertawa
lepas. Mendengarkan cerita tentang cita-cita mereka yang tinggi, ah… semoga
kelak mereka tumbuh menjadi anak-anak yang berhati tulus. Merasakan jabat
tangan dan pelukan para ibu-ibu di pengungsian yang hangat hingga menjalar ke
hati. Meski mereka berucap dengan bahasa Karo dan saya sedikitpun tak mengerti
artinya jika saja tak ada bang Fuja yang hari itu menjadi translater kami, hal
itu tak mengurangi suka cita saya.
Usai dari pengungsian, saya pun menulis begini di akun
Facebook saya :
-berbagi membuat hatimu lebih peka-
ada beberapa hal berkesan yang saya dapat dari pengungsi erupsi sinabung hari ini. tiga di antaranya adalah :
1. jabat erat dan pelukan hangat seorang ibu
2. antusiasme dan tawa anak-anak pengungsi saat kami ajak bermain
3. kalimat-kalimat jujur mereka saat kami berpamitan pulang : "Kak, besok kemari lagi ya kak yaaa," ucap mereka sambil berebutan menggamit tangan saya.
how amazing today!!, thanks God ^_^
ada beberapa hal berkesan yang saya dapat dari pengungsi erupsi sinabung hari ini. tiga di antaranya adalah :
1. jabat erat dan pelukan hangat seorang ibu
2. antusiasme dan tawa anak-anak pengungsi saat kami ajak bermain
3. kalimat-kalimat jujur mereka saat kami berpamitan pulang : "Kak, besok kemari lagi ya kak yaaa," ucap mereka sambil berebutan menggamit tangan saya.
how amazing today!!, thanks God ^_^
Hari mulai gelap. Kabut Penatapan
mulai turun. Segera kami beranjak, kembali ke Medan dengan ditemani udara
dingin Penatapan dan hati yang hangat. Sedikit yang kami perbuat hari ini,
semoga bisa menguatkan pijakan kaki mereka yang kini tengah dilanda duka
Sinabung.
Jalan Terus SG Sumut,
Good Job untuk kawan-kawan panitia. Big thumbs buat semua kawan-kawan yang
telah berpartisipasi.
(Lisa -Diah-, Nova, Yokko,
Ekoss, Fredi, Shafwan, Ibenk, Suramah, Ari, Ipul, Fuja)
NB : untuk foto-foto dokumentasi, bisa dilihat di postingan selanjutnya ^_^
Tags:
CATATAN DIAH SHEILAGANK
0 komentar